Berita Tulungagung

Harga Tembakau Tulungagung Mulai Turun, Dipicu Peralihan Lahan Padi yang Diserang Tikus

Harga tembakau di wilayah Tulungagung mulai merangkak turun. Penurunan harga ini dipicu banyaknya lahan tembakau yang mulai dipanen.

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/david yohanes
Petani tembakau desa Ngantri, kecamatan Boyolangu, Tulungagung, tengah membalik permukaan tembakau rajangan yang dijemur. 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Harga tembakau di wilayah Tulungagung mulai merangkak turun.

Penurunan harga ini dipicu banyaknya lahan tembakau yang mulai dipanen.

Selain itu ada penambahan luas tanaman, karena ada peralihan ada lahan padi ke tanaman tembakau.

Serangan tikus yang luar biasa membuat petani merugi, hingga mengganti jenis tanaman.

Di saat seharusnya bisa gadu atau gadu  konyol (tanam padi ke-3), banyak petani pilih menanam tembakau.

"Banyak petani kami yang beralih ke tembakau, karena serangan tikus pada tanaman padi,"  ujar Kepala Desa Ngranti, Kecamatan Boyolangu, Yulianto.

Desa Ngranti merupakan salah satu sentra tanaman tembakau selain desa Bono dan Kendalbulur di Kecamatan yang sama.

Lanjut Yulianto, saat ini harga daun tembakau desa Ngantri dari pohon Rp 600.000 per kuintal.

Sebelumnya harga daun tembakau siap panen antara Rp 800.000 hingga Rp 850.000 per kuintal.

"Saat ini produknya sudah surplus, karena mulai banyak yang panen. Jadi harga juga turun,"  sambung Yulianto.

Sedangkan untuk tembakau rajangan kering, harganya Rp 60.000 - Rp 70.000 per kilogram.

Harga ini turun tajam, sebab sebelumnya bisa mencapai Rp 100.000 per kilogram, bahkan lebih.

Para petani di Desa Ngranti mayoritas memilih merajang sendiri tembakaunya, dan dijual dalam bentuk produk tembakau rajang kering.

"Dua tahun sejak pandemi, penjualan lebih banyak online. Ini lebih menguntungkan petani, karena tidak melalui perantara," tandas Yulianto.

Sementara seorang pedagang tembakau dari Dusun Glotan, Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat, Siswanto, mengaku mendatangkan daun tembakau dari Kabupaten Jombang,

Menurutnya, volume panen di wilayah Tulungagung masih terbatas dan kebanyakan dirajang sendiri oleh petani.

Meski dari sisi kualitas tembakau Tulungagung lebih bagus, namun tembakau dari Jombang tetap ada peminatnya.

"Saya kirimnya langsung ke Sumatera, lewat jasa ekspedisi. Di sana tetap laku," ujar Siswanto.

Lanjutnya, daun tembakau dari Jombang ini dibeli seharga Rp 550.000 per kuintal.

Harga itu sudah termasuk ongkos kirim hingga sampai di rumah.

Sementara  harga daun tembakau lokal Tulungagung bisa mencapai Rp 650.000 per kuintal.

"Harganya memang sedang turun. Tapi harga ini masih untung bagi petani," ungkapnya.

Tulungagung mempunyai varietas tembakau andalan yang diberi nama gagang sidi rejeb, atau dikenal gagang sidi.

Sebelumnya ada dua tembakau yang diuji di Balai Penelitian Serat dan Pemanis (Balitas) Malang, yaitu gagang sidi dan gagang rejeb.

Selama tiga tahun pengujian, gagang rejeb tidak tahan penyakit dan banyak yang mati karena serangan bakteri.

Sementara gagang sidi terbukti lebih tahan penyakit.

Varietas ini resmi dilepaskan pada November 2017 silam.

Agar tidak terjadi kerancuan penyebutan, nama resmi varietas ini adalah gagang rejeb sidi.

Varietas ini bisa menghasilkan 0,9-1,2 ton per hektar lahan.

Sementara kandungan nikotin rata-rata mencapai 4 persen.

(David Yohanes/tribunmataraman.com) 
 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved