Ajudan Kadiv Propam Tewas Ditembak

Akhirnya Tunjukkan Batang Hidungnya, Bharada E Datang ke Komnas HAM Dapat Pengawalan Ajudan Polri

Bharada E akhirnya memenuhi panggilan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM dalam upaya penyelidikan kasus kematian Brigadir J.

Editor: faridmukarrom
Tribunnews
Penampakan Bharada E saat datangi Kantor Komnas HAM 

TRIBUNMATARAMAN.com - Bharada E akhirnya memenuhi panggilan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM dalam upaya penyelidikan kasus kematian Brigadir J.

Bharada E merupakan sosok penting karena terlibat adu tembak dengan Brigadir J sebelum dinyatakan tewas.

Hingga akhirnya Bharada E mendapat panggilan untuk diperiksa oleh Komnas HAM.

Berdasarkan pantauan Tribunnews.com di Kantor Komnas HAM, Bharada E tiba sekitar pukul 13.25 WIB.

Terpantau Bharada E hadir dengan mengenakan kemeja hitam dan masker hitam serta celana panjang berwarna hitam.

Tak hanya itu, kehadiran Bharada E juga mendapatkan pengawalan dari petugas yang diketahui dari Mabes Polri.

Hanya saja, Bharada E tidak memberikan sepatah kata apapun dan memilih bungkam dari cecaran pertanyaan awak media terkait penjelasan apa yang akan disampaikannya pada hari ini.

Bharada E terlihat langsung bergegas memasuki kantor Komnas HAM dengan menundukkan kepalanya.

Kehadiran Bharada E ini juga dikonfirmasi langsung oleh Komisioner Komnas HAM Chairul Anam.

"Yup (Bharada E hadir)," singkat Anam kepada awak media.

Dengan begitu maka kata Anam, ketujuh aide de camp (ADC) atau ajudan Irjen pol Ferdy Sambo telah hadir di kantor Komnas HAM.

 Belum ada keterangan lebih jauh soal kehadiran Bharada E di kantor Komnas HAM siang ini.

Sebab, saat ini, proses pemeriksaan masih dilakukan oleh tim internal Komnas HAM terhadap keseluruhan ajudan Irjen pol Ferdy Sambo.

Sebelumnya, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) akan menerapkan dua model pemeriksaan terhadap aide de camp (ADC) atau ajudan pribadi Irjen pol Ferdy Sambo dalam kasus baku tembak yang menewaskan Brigadir J.

Komisioner Komnas HAM Chairul Anam mengatakan, dua model yang dimaksud yakni pemeriksaan secara terpisah antara ajudan dengan ajudan lain serta pemeriksaan bersama.

"Ada dua model yang akan kami lakukan, memang pasti sendiri sendiri dan ada yang satu tempat bersama, karena kami kepingin tau detail apa yang terjadi, konteksnya apa dan sebagainya," kata Anam kepada awak media di Kantor Komnas HAM, Selasa (26/7/2022).

Dengan menerapkan dua model tersebut maka nantinya Komnas HAM bisa mengetahui rangkaian peristiwa yang sebenernya terjadi dalam insiden ini.

Sebab kata Anam, ajudan pribadi Irjen Ferdy Sambo merupakan pihak paling penting yang mengetahui kejadian tersebut.

"Jadi ADC ini menjadi salah satu pilar utama dalam konstruksi peristiwa dan bagaimana melihat peristiwa kematian Brigadir J ini," ucap Anam.

Sosok Pengancam Brigadi J Terkuak

Sosok pengancam Brigadir J sebelum dinyatakan tewas akhirnya sudah diketahui.

Diketahui Kuasa Hukum Brigadir J Kamaruddin Simanjuntak sempat menyebut jika kliennya mendapat ancaman sebelum dibunuh.

Hal ini kemudian menjadi dasar dan keyakinan bahwa Brigadir J tewas karena dibunuh secara berencana.

Kamaruddin juga melaporkan ke Mabes Polri  terkait dugaan pembunuhan berencana.

Bahkan terbaru Kamaruddin juga sudah mengetahui siapa identitas sosok yang mengancam membunuh Brigadir Yosua sebelum ia ditemukan tewas di kediaman Kadiv Propam Irjen (Nonaktif) Ferdy Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Bukan Bharada E ternyata. Kamaruddin Simanjuntak bilang, sosok pengancam Brigadir Yosua adalah satu di antara sejumlah ajudan Irjen Ferdy Sambo.

Sosok tersebut ada dalam foto bersama Irjen Ferdy Sambo dan sejumlah ajudan lainnya.

 Dalam foto bersama itu, kata Kamaruddin Simanjuntak, ada Brigadir J hingga Bharada E.

Kamaruddin Simanjuntak bukan Bharada E yang melakukan pengancaman pembunuhan terhadap Brigadir Yosua.

"Orang yang mengancam ini saya sudah kantongi namanya. Kalau pernah lihat sejumlah foto yang mereka foto bersama itu, salah satu yang mengancam itu ada dalam foto itu," katanya dihubungi Tribunnews, Senin, 25 Juli 2022.

"Yang jelas bukan Bharada E," sambung Kamaruddin Simanjuntak.

Kamaruddin Simanjuntak menceritakan soal ancaman yang diterima Brigadir Yosua hingga membuat ia ketakutan dan menangis.

Ancaman dimulai sejak Juni 2022 hingga sehari sebelum Brigadir Yosua tewas, yakni pada Kamis 7 Juli 2022 di kediaman Irjen Ferdy Sambo.

Punya Bukti Rekaman

Menurut Kamaruddin Simanjuntak, pihaknya memiliki bukti rekaman elektronik terkait ancaman terhadap Brigadir Yosua.

"Ada saksi sangat spektakuler menyimpan rekaman elektronik. Di dalam rekaman elektronik ini ada ancaman pembunuhan dari Juni 2022. Ancaman pembunuhan itu terus berlanjut hingga akhir 7 Juli 2022," katanya.

Saat itu, kata Kamaruddin Simanjuntak, Brigadir Yosua sempat menyampaikan salam perpisahan kepada orang yang menjadi tempatnya bercerita (curhat) terkait ancaman pembunuhan. 

Siapa sosok rahasia yang menjadi teman curhat Brigadir Yosua itu, Kamaruddin Simanjuntak masih merahasiakannya.

Alasan Kamaruddin Simanjuntak faktor keselamatan saksi.

"Ancamannya kata-katanya begini 'kalau dia berani naik ke atas dihabisi dia, dibunuh dia' begitu. Dia itu maksudnya Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat," ujarnya.

"Kalau kita kaitkan dengan terjadinya kemarin pembunuhan itu kan, kata Karopenmas terjadi di depan tangga. Berarti kalau analisanya, kan dia mau naik tangga makanya dibunuh."

"Itu analisa, tapi saya nggak mau dulu mengatakan itu, yang saya paparkan itu fakta faktanya dulu. Kalau fakta kan tidak pernah berubah," sambung Kamaruddin Simanjuntak.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved