Berita Tulungagung

Grebeg Tumpeng di Pantai Sanggar, Pemdes Mengeluhkan Jalan Yang Tak Kunjung Dibangun

Pemdes Jengglungharjo, Tulungagung, mengeluhkan jalan yang tak kunjung diperbaiki sehingga pertumbuhan pariwisata tak maksimal.

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/david yohanes
Warga berebut buah, sayur dan aneka hasil bumi di Grebek Tumpeng Pantai Sanggar Tulungagung.  

TRIBUNMATARAMAN.com | TULUNGAGUNG - Empat gunungan sayur mayur, buah dan hasil bumi digotong mendekat ke Pantai Sanggar yang ada di Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung.

Sementara sebuah gunungan yang lebih besar telah berdiri kokoh di tepi pantai.

Saat empat gunungan sayur, buah dan hasil bumi ini sampai di tempat gunungan besar, ratusan warga mengelilinginya.

Setelah ada aba-aba, mereka menyerbu lima gunungan itu dan berebut apa saja yang ada di dekatnya.

Ada yang mengincar pisang, ada yang mengincar nanas, ada pula yang mengincar sayur mayur seperti sapi dan kacang panjang. 

Tradisi rebutan hasil bumi adalah Grebeg Tumpeng, Sedekah Bumi dan Laut.

Acara ini digelar Pemdes Jengglungharjo bersama warga desa, sebagai bentuk ucapan syukur.

"Ini adalah tahun ke-7 kegiatan ini dilaksanakan di Pantai Sanggar," ujar Kepala Desa Jengglungharjo, Rudi Santoso, Minggu (17/7/2022). 

Lanjut Rudi, pertanian di desanya menghasilkan komoditi seperti pisang, alpukat, jagung, singkong serta buah-buahan lain. 

Grebeg Tumpeng ini wujud ucapan syukur karena hasil pertanian yang menjadi penghidupan warga.

Seluruh hasil pertanian yang dikumpulkan lalu dibuat tumpeng, untuk diperebutkan warga.

"Tahun ini dengan tema gotong royong dalam penuh kesederhanaan, tetap bersyukur kepada Allah karena hasil bumi dan buah-buahan di Jengglungharjo," sambung Rudi.

Seharusnya tradisi Grebeg Tumpeng ini dilaksanakan pada Bulan Selo dalam penanggalan Jawa.

Namun saat itu masih sering turun  hujan sehingga akses menuju Pantai Ngalur mengalami kerusakan.

Rudi memilih mengundur acara saat mulai musim panas, sehingga lumpur di jalan mengeras dan tidak becek.

"Ini kendala kami, karena jalan ke Pantai Sanggar ini belum dikeraskan. Setiap tahun jalannya selalu rusak,"keluh Rudi.

Pantai Sanggar selama ini dikelola oleh Pokdarwis Sanggaria.

Tidak hanya satu pantai, Pokdarwis ini juga mengelola gugusan pantai lain, yaitu Ngalur, Patuk Gebang, Jung Pakis  dan Pantai Kalipucung.

Deretan pantai ini dipertahankan dalam  keasliannya, sehingga menjadi daya tarik tersendiri.

Karena terkenal indah dan masih alami, pantai ini pernah menjadi lokasi World Rainbow Gathering di tahun 2017.

Sayangnya jalan yang belum tersentuh pembangunan membuat akses ke deretan pantai eksotis ini sangat sulit.

"Setiap tahun kami mengalokasikan dana untuk memperbaiki jalan yang rusak. Tapi tanpa ada pengerasan, semuanya akan sia-sia," sambung Rudi. 

Karena akses yang dianggap kurang layak, Rudi bersama Pokdarwis memilih tidak memungut tiket masuk. 

Menurut Kades muda ini, dirinya kasihan kepada pengunjung jika harus bayar tiket masuk, sementara perjalanan menuju lokasi butuh perjuangan.

Padahal pantai ini banyak dikunjungi wisatawan untuk berkemah.

"Jumat malam dan Sabtu malam banyak wisatawan yang camping di sini. Sebenarnya potensinya sangat besar," ucap Rudi.

Selain lokasi wisata, Pantai Patuk Gebang dan Pantai Jung Pakis menjadi lokasi konservasi penyu.

Dua pantai ini menjadi lokasi mendarat induk-induk penyu yang akan bertelur.

Namun telur-telur penyu ini kerap dicuri predator, terutama biawak.

Karena itu personel Pokdarwis Sanggaria kerap mengevakuasi telur ke tempat yang aman agar selamat hingga menetas.

Saat telur sudah menetas, pelepasan tukik atau anak penyu menjadi atraksi wisata tersendiri. (David Yohanes)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved