Berita Tulungagung
Terdampak Pandemi, Kini Pengusaha Kuliner Tulungagung Kesulitan Mendapatkan Ikan Gurami
Para pengusaha kuliner di Tulungagung kesulitan mendapat pasokan ikan gurami.
Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.com | TULUNGAGUNG - Para pengusaha kuliner di Tulungagung kesulitan mendapat pasokan ikan gurami.
Kondisi ini disebabkan kelangkaan di tingkat pembudidaya sejak beberapa bulan lalu.
Jika pun ada stok gurame, harganya sudah sangat mahal.
"Gurami adalah ikan favorit. Tidak bisa digantikan ikan lain," ucap Nur Wakhidun, pemilik rumah makan AG One Tulungagung.
Dalam kondisi normal, gurami kering atau kondisi mati dijual Rp 34.000-Rp 35.000 per kilogram.
Sementara gurami basah atau kondisi hidup dijual Rp 39.000-Rp 40.000 per kilogram.
Jika harga sedang anjlok, bahkan bisa hanya Rp 27.000 per kilogram.
Namun saat ini harganya tembus Rp 40.000-Rp 50.000 per kilogram.
Kondisi ini memberatkan para pengusaha kuliner seperti Wakhidun.
"Harganya bahkan lebih mahal dibanding ikan laut. Tapi gurami tidak tergantikan," ucap Wakhidun.
Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) PHRI Tulungagung ini menambahkan, saat ini stok gurami memang sulit didapat dari pembudidaya.
Kondisi ini disebabkan harga gurami yang anjlok selama masa pandemi Covid-19.
Para pembudidaya banyak yang beralih memelihara ikan hias, seperti koi dan koki.
"Saya bisa dapat dari teman yang punya kolam. Itu pun harus memilah karena jumlah yang besar sangat sedikit," ungkap Wakhidun.
Kelangkaan gurami cukup menyusahkan pelaku usaha kuliner.
Sebab saat ini permintaan sedang tinggi karena banyak acara buka puasa bersama.
Padahal Kabupaten Tulungagung adalah salah satu sentra perikanan konsumsi budidaya, dengan produk andalan gurami, patin dan lele.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tulungagung, Lugu Tri Handoko, mengakui minimnya stok gurami.
Sebab banyak pembudidaya beralih ke ikan hias selama pandemi.
Saat itu ikan hias sedang naik daun, karena banyaknya permintaan selama pandemi.
"Banyak yang beralih ke cupang, koi dan koki. Tapi ikan hias saat ini sudah anjlok," ungkap Lugu.
Kini para pembudidaya ikan kembali ke ikan konsumsi.
Namun ikan peliharaan mereka masih kecil-kecil, banyak yang belum siap panen.
Karena tingginya permintaan, banyak gurami yang dipanen dengan berat 5 Ons.
Padahal dalam situasi normal, gurami banyak dipanen pada berat 7-8 Ons.
Lugu yakin stok gurami akan kembali normal pada tiga bulan ke depan.
"Tiga bulan ke depan sudah banyak yang siap panen. Kondisi akan kembali normal," tandas Lugu.