Tragedi Ritual Pantai Payangan Jember
Nurhasan Mengaku Sebagai Inisiator Ritual Berujung Maut di Pantai Payangan Jember
Nurhasan, pimpinan kelompok Tunggal Jati Nusantara mengaku sebagai inisiator ritual di Pantai Payangan Jember yang berujung maut.
Reporter: Sri Wahyunik
TRIBUNMATARAMAN.com | JEMBER - Nurhasan (36) warga Dusun Botosari, Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi akhirnya secara resmi berhadapan dengan awak media, Rabu (16/2/2022).
Pimpinan kelompok Tunggal Jati Nusantara yang menggelar ritual berujung maut di Pantai Payangan Jember ini dihadirkan oleh polisi dalam rilis di Mapolres Jember.
Ini kemunculan Hasan setelah peristiwa ritual maut terjadi, Minggu (13/2/2022) lalu.
Baca juga: Terungkap Alasan Para Peserta Ritual Berujung Maut di Pantai Payangan Masuk ke Air
Dalam rilis itu, polisi mengungkapkan banyak hal terkait perkara itu. Seperti ditulis sore tadi, polisi menetapkan Nurhasan sebagai tersangka, karena kealpaannya menyebabkan orang lain mati. Dalam kasus ritual maut, ada 11 orang meninggal dunia.
Polisi menjerat Hasan, karena dari serangkaian pemeriksaan, diketahui jika dialah sang inisiator ritual di Pantai Payangan Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu, Jember.
"Dari keterangan saksi ditambah alat bukti, didapatkan fakta bahwa yang menginisiasi adanya ritual di Pantai Payangan Sabtu sampai Minggu dini hari kemarin adalah Saudara N (Nurhasan)," ujar Kapolres Jember, AKBP Hery Purnomo.
Ada 18 orang saksi yang diperiksa, antara lain delapan orang anggota Kelompok Tunggal Jati Nusantara yang ikut ritual dan selamat, saksi yang berada di lokasi kejadian, saksi yang menyelamatkan, dan nantinya juga akan saksi dari BMKG.
"Saudara N ini yang menjadi inisiator, sejak dari keberangkatan dengan menyewa mobil, kemudian memimpin doa dan ritual, sampai masuk ke dalam air, dia yang menyuruh," tegasnya.
Nurhasan, sebagai ketua kelompok, juga tidak menggubris larangan dari warga sekitar. Ada Saladin, juru kunci makam Bukit Samboja Pantai Payangan, yang sudah mengingatkan supaya ritual tidak dilakukan di tepi pantai, sebab ombak sedang tinggi.
"Namun ritual tetap dilakukan di tempat yang berbahaya yang terjangkau ombak. Panitia, atau ketua kelompok juga tidak menyediakan alat pengamanan," tegas Hery.
Karena kelalaian itulah, 11 orang meninggal dunia akibat tergulung ombak besar di Pantai Payangan, sisi selatan Bukit Samboja. Ada 23 orang yang mengikuti ritual.