Berita Tulungagung
Persiapan Menghadapi La Nina, BPBD Tulungagung Siagakan Peralatan dan Logistik
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mulai melakukan langkah antisipasi ancaman bencana hidrometeorologi akibat fenomena La Nina
Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.com | TULUNGAGUNG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mulai melakukan langkah antisipasi ancaman bencana hidrometeorologi.
Hal ini mengacu pada peringatan BMKG yang memperkirakan datangnya la nina pada November 2021 hingga Januari 2022 mendatang.
La nina adalah fenomena alam dimana udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.
“Kami sudah persiapan menghadapi datangnya penghujan,” terang Kepala Pelaksana BPBD Tulungagung, Soeroto.
Baca juga: Santriwati di Tulungagung Mengaku Sering Jadi Korban Pelecehan Seksual Oleh Guru Ngaji
Dampak yang diantisipasi karena curah hujan yang tinggi adalah longsor dan banjir.
Wilayah yang sudah dipetakan rawan longsor ada di Kecamatan Sendang meliputi 13 desa dan Kecamatan Pagerwojo meliputi 11 desa.
Dua kecamatan itu ada di wilayah pegunungan dan sangat rawan longsor karena kontur maupun minimnya pohon penahan longsor.
“Dari desa-desa yang terpetakan rawan longsor, itu hampir mencakup semua wilayah di dua kecamatan ini,” sambung Soeroto.
Untuk mengantisipasi bencana longsor, Soeroto mengaku sudah menyiapkan peralatan evakuasi hingga logistik.
Selain itu pihaknya juga telah bersiap untuk menyewa alat berat sewaktu-waktu.
Alat berat ini akan digunakan jika ada material longsor yang tidak mungkin disingkirkan dengan alat manual.
“Ini untuk mengantisipasi jalan-jalan yang tertutup longsor. Supaya mobilitas warga tidak terganggu,”tegasnya.
Baca juga: Pemabuk di Tulungagung Teler dan Memukuli Sejumlah Warga, Setelah Sadar Baru Merasa Malu
Curah hujan tinggi juga menyebabkan sejumlah wilayah menjadi rawan banjir.
Wilayah yang dipetakan antara lain di Kecamatan Campurdarat, Besuki dan Bandung.
Khusus untuk Besuki dan Bandung merupakan banjir kiriman dari arah Kabupaten Trenggalek.
Air dari kawasan Kecamatan Watulimo dan Kota Trenggalek bertemu di Parit Raya kawasan Kecamatan Bandung, Tulungagung.
Pertemuan air dari dua wilayah ini biasanya memicu luberan ke arah jalan.
“Karena hanya luapan, biasanya tidak lama. Dua sampai tiga jam sudah hilang,” ungkap Soeroto.
Hal serupa juga terjadi di kawasan Kecamatan Campurdarat, seperti di kawasan SPBU Ngentrong hingga ke Jalan Pantai Popoh.
Lokasi ini menjadi langganan banjir karena air dari arah pegunungan, atau biasa disebut ancar.
Soeroto mengingatkan masyarakat agar berhati-hati di jalan saat terjadi banjir.
“Biasanya jalanan jadi licin, karena itu harus ekstra waspada jika harus melintas,” katanya.
Sementara di saat pergantian musim seperti saat ini, bencana yang diantisipasi adalah angin kencang.
Wilayah yang sering jadi sasaran angin kencang adalah Kecamatan Boyolangu, Kedungwaru, Sumbergempol, Ngunut, Rejotangan, Campurdarat, dan Pakel. (David Yohanes)