Berita Tulungagung

Rekor, Belum Ada Permintaan Air Bersih Karena Kekeringan di Wilayah Tulungagung

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini belum ada kesulitan air bersih karena dampak kekeringan di Tulungagung.

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/david yohanes
Distribusi air bersih oleh BPBD Kabupaten Tulungagung 

TRIBUNMATARAMAN.com | TULUNGAGUNG - Sepanjang 2021. Badan Penanggulangan Bencana  Daerah (BPBD) Kabupaten Tulungagung belum menerima permintaan bantuan air bersih.

Padahal sebelumnya selalu ada  desa terdampak kekeringan dan  kesulitan air bersih.

“Kalau tahun-tahun sebelumnya memasuki Bulan Agustus mulai masuk permintaan air bersih,” terang Kepala Pelaksana BPBD Tulungagung, Soeroto.

Tahun 2020 lalu ada permintaan sejumlah desa selama satu bulan.

Menjelang akhir 2020 telah turun hujan sehingga tidak ada lagi kendala air bersih hingga saat ini.

Kekeringan biasanya terjadi di wilayah Kecamatan Kalidawir, Tanggunggunung, Besuki, Campurdarat dan Gondang.

“Sampai saat ini masih ada hujan yang sangat membantu  warga. Sumber air masih cukup,” sambung Soeroto.

Selain itu ketersediaan air  ini diduga karena adanya perbaikan sumber air yang bisa dimanfaatkan warga.

Selain itu ada pula pembuatan sumur bor di daerah rawan kekeringan.

Sumur ini kemudian dikelola oleh Himpunan Masyarakat Pemakai Air Minum (HIPAM).

“HIPAM bekerja dengan bagus mengelola air untuk warga. Kebutuhan masih bisa dipenuhi dari ketersediaan sumber yang ada,” papar Soeroto.

Saat ini Tulungagung tengah menghadapi udara panas karena kulminasi matahari.

Namun diperkirakan pada Bulan November 2021 sudah mulai sering turun hujan .

Jika curah hujan sudah meningkat, maka tidak akan ada desa yang kekeringan dan membutuhkan air bersih.

“Tahun ini rekor, karena sampai sekarang belum ada permintaan air bersih sama sekali. Semoga saja demikian,” ucap Soeroto.

Meski belum ada permintaan air bersih, namun peta rawan bencana kekeringan masih belum berubah.

Kekeringan parah pernah terjadi pada 2019 silam.

Saat itu ada 15 desa kekurangan air bersih dan harus mengandalkan kiriman dari BPBD.

Setiap hari BPBD juga menggilir armada untuk mengirimkan bantuan air bersih.

Warga juga patungan untuk mengadakan air bersih secara mandiri, dengan menyewa mobil tangki air.

Pemilik mobil tidak memungut biaya, hanya diminta mengganti ongkos bahan bakar.

Kekurangan air bersih juga sempat memicu kenaikan angka kasus penyakit diare.

Penyebabnya warga harus menghemat air, sehingga tidak ada air untuk keperluan buang air besar. (David Yohanes)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved