FAKTA Miris Video Viral Anak SD Sebrangi Sungai Pakai Boks Styrofoam, Dianggap Dibesar-besarkan
Terungkap fakta miris di balik video viral anak SD berangkat sekolah menyebrangi sungai dengan boks styrofoam atau gabus. Sekda anggap terlalu dibesar
Penulis: Alif Nur Fitri P | Editor: eben haezer
"Anak-anak itu semuanya bisa berenang dengan baik. Mereka biasa berenang menyeberangi sungai yang lebarnya mencapai 120 meter," kata Adi.
2. Tak Ada Jembatan
Lebih lanjut, Adi mengakui bahwa di desa mereka memang belum ada jembatan yang menghubungkan dua sisi sungai.
Menurut Adi, dengan lebar sungai 120 meter, tidak cukup membangun jembatan hanya dari dana desa.
"Bisa makan waktu 10 tahun kalau pakai dana desa. Selain itu, sungai tersebut merupakan jalur transportasi utama kapal yang membawa kendaraan maupun alat berat ke perusahaan-perusahaan yang ada di sana.
Jadi kalau akan dibangun jembatan harus tinggi dan tentu memakan biaya mahal," kata Adi.
Dilansir dari Tribunsumsel.com, jika anak-anak tersebut tinggal di pinggir Sungai Riding Desa Kuala Dua Belas Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
3. Kepala Sekolah Angkat Suara
Kepala Sekolah SD Negeri 1 Kuala Dua Belas, Yusliana Sri Safitri ketiga anak yang bernama Arfan, Fadil, dan Resa merupakan murid kelas 3 dan 5 di sekolah tersebut.
"Total keseluruhan dari kelas 1 sampai 6 ada 75 murid. Seluruhnya tinggal di seberang sungai, jadi jika ingin ke sekolah harus menggunakan speed boat atau kapal ketek," jelasnya saat dikonfirmasi, Minggu (26/9/2021) pagi.
Dirinya membenarkan jika sepanjang sungai tersebut belum terdapat jembatan penyeberangan.
"Bentang sungai di sini sangat lebar sekitar 150 meter apalagi kedalaman yang diperkirakan mencapai 7 meter," ujarnya penyebab belum adanya jembatan penyeberangan.
Terkait video yang diabadikan hingga menjadi viral, Yusliana menceritakan jika anak muridnya tersebut menaiki styrofoam saat perjalanan pulang sekolah.
"Jadi waktu itu mereka berangkat ke sekolah diantarkan oleh orangtuanya masing-masing dengan perahu, setelah itu orangtuanya langsung pergi mencari ikan,"
"Tetapi waktu pulang sekolah orangtua mereka belum menjemput, maka anak-anak ini mengambil styrofoam (bekas kotak ikan) yang ada dan menggunakan sebagai alat transportasi untuk nyebrang," jelasnya.