Berita Terbaru Kabupaten Tulungagung

Petani Modern Asal Pinggirsari Tulungagung Sukses Tanam Melon Honeydew Pakai Hidroponik

Warga Desa Pinggirsari, Ngantru, Tulungagung, Jawa Timur sukses membudidayakan melon jenis honeydew pakai metode hidroponik

Penulis: David Yohanes | Editor: Sri Wahyuni
TribunMataraman.com/David Yohanes
MEMANEN MELON - Hanggi Chendrasyusak (33) warga Desa Pinggirsari, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur sedang memanen melon honeydew di green house miliknya, Kamis (13/11/2025). Hanggi sukses membudidayakan melon kelas premium ini dengan sistem hidroponik. 
Ringkasan Berita:

 

TRIBUNMATARAMAN.COM I TULUNGAGUNG - Hanggi Chendrasyusak (33) warga Desa Pinggirsari, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur sukses membudidayakan melon jenis honeydew memakai metode hidroponik.

Sempat gagal pada percobaan pertama, kini Hanggi sukses dengan pertanian melon kelas premium ini di greenhouse miliknya.

Sebelumnya ayah satu anak ini bekerja sebagai karyawan sebuah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebelum akhirnya merintis pertanian melon pada awal 2024.

“Awal merintis berbekal belajar otodidak dari Youtube. Pupuknya meracik sendiri, tapi akhirnya gagal,” kenangnya.

Percobaan pertama ini membuatnya merugi Rp 3.500.000.

Dari kegagalan itu, Hanggi gabung ke komunitas pertanian hidroponik.

Di komunitas ini ia belajar mengenai teknik pemupukan dengan sistem hidroponik.

“Tidak lama setelah belajar langsung praktik lagi untuk yang kedua. Langsung berhasil berkat bimbingan teman-teman di komunitas,” ungkapnya.

Pada tanaman kedua ini Hanggi menggunakan melon jenis lokal yang harganya terlalu murah.

Saat panen harga yang dipatok tengkulak Rp 11.000 per kg, sementara 1 buah melon bisa mencapai berat 3-4 kg.

Meski jika dihitung per buah masih cukup tinggi, melon lokal ini kurang diminati pasar.

Dari sisi penghasilan sebenarnya cukup menggiurkan, karena dari 400 pohon yang ditanam bisa menghasilkan Rp 8 juta.

Jumlah ini dikurangi biaya pemupukan Rp 3 juta dan benih Rp 500.000.

Melihat melon lokal yang kurang menguntungkan, Hanggi beralih ke melon premium jenis honeydew.

“Untuk melon honeydew harganya Rp 25.000 sampai Rp 30.000 per kilogram. Kalau dirawat baik, per buah juga bisa mencapai 3 kg,” jelasnya.

Baca juga: Polinema Tingkatkan Keamanan Ponpes Sirojul Quran, Implementasikan Sistem Monitoring Pakai IP Kamera

Untuk melon honeydew yang sedang dipanen, rata-rata beratnya mencapai 1,2 kg per buah.

Menurut Hanggi, metode hidroponik lebih memudahkan perawatan dan penanganan.

Pada tanam penyemaian, media yang digunakan adalah cocopeat atau serbuk sabut kelapa.

Hidroponik bahkan dinilai jauh lebih mudah dibanding menggunakan polibag atau hamparan.

Satu-satunya tantangan hidroponik adalah pengendalian jamur.

Karena menggunakan sirkulasi air untuk semua tanaman, jamur akan mudah menyebar ke semua tanaman.

“Beda dengan polibag, jika satu kena jamur mudah diatasi agar tidak menular ke tanaman lain. Kalau hidroponik, satu kena yang lain berisiko juga,” paparnya.

Untuk pengendalian jamur digunakan fungisida yang disemprotkan pada tanaman yang terkena.

Sementara dari sisi pemupukan, hidroponik jauh lebih efektif dibanding polibag.

Hanggi menggambarkan, untuk 1.000 pohon metode polibag bisa menghabiskan 4 paket pupuk, dengan harga Rp 1,5 juta per paket, sehingga total Rp 6 juta.

Sedangkan untuk metode hidroponik, pupuk dilarutkan sehingga dan dialirkan sehingga diserap secara efektif.

Untuk 1.000 pohon buah melon, hanya dibutuhkan 1,5 paket pupuk atau Rp 2,25  juta.

Selebihnya cukup menjaga PH air yang dipakai sirkulasi di angka 5,8-6,2.

“Kalau PH di atas angka itu, maka nutrisi makro tidak terserap. Jika di bawahnya risiko mati,” katanya.

Proses polinasi atau penyerbukan menjadi bagian paling krusial dari pertanian melon.

Proses ini biasa dilakukan secara manual, untuk setiap 1000 pohon diperlukan 2 orang yang bekerja selama 3 hari.

Namun penyerbukan manual ini punya kelemahan karena hasilnya kurang maksimal dan hasil melon tidak bulat sempurna.

Untuk mengatasi kendala ini, Hanggi membeli satu kotak lebah madu seharga Rp 150.000 per kotak.

Lebah dan kotak rumahnya ini dimasukkan dalam greenhouse melon agar melakukan penyerbukan alami.

Lebah-lebah ini akan terbang dan hinggap dari bunga ke bunga sehingga menjatuhkan serbuk sari ke atas putik bunga.

“Cara ini jauh lebih murah dan efektif, karena kalau manual harus keluar biaya Rp 420.000 per 1000 pohon. Kalau dengan lebah, cukup kita lepas selama 3 hari di greenhouse semua sudah terjadi penyerbukan,” tegasnya.

Baca juga: BPBD Kota Kediri Pantau Kenaikan Debit Sungai Brantas, Warga Diminta Tetap Waspada

Dengan hidroponik, tingkat keberhasilan penanaman melon mencapai 80 persen.

Sementara jika menggunakan polibag tingkat keberhasilan 60-70 persen saja.

Awal penanaman sampai panen membutuhkan waktu 65 hari.

“Saat ini tantangannya melakukan promosi, karena produk dari Pinggirsari ini belum banyak dikenal,” tandasnya.

 

(David Yohanes/TribunMataraman.com)

Editor : Sri Wahyunik
 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved