Opini

Menakar Peluang Khofifah Kembali Maju ke Kursi Jatim 1

Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Khofifah Indar Parawansa saat mengumumkan keputusannya bergabung menjadi Jurkamnas Prabowo-Gibran

TRIBUNMATARAMAN.COM - Jika menilik peluang Khofifah Indar Parawangsa (KIP) maju kembali sebagai Gubernur Jawa Timur, terdapat fenomena menarik untuk dikuliti.

Pertama, Khofifah adalah salah satu tim sukses Prabowo-Gibran sehingga pengaruhnya di Jawa Timur sangat besar.

Khofifah telah ditunjuk oleh Prabowo-Gibran untuk menjadi Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo Gibran Jatim. Sehingga layak untuk dimasukkan sebagai salah satu vote getter di basis neraka Jawa Timur.

Baru-baru ini bahkan Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) merekomendasikan kembali Khofifah maju sebagai Jatim 1. Memang hanya Gerindra, PDI P, dan Golkar yang bisa mencalonkan sendiri pada Pilkada Gubernur Jatim, November mendatang.

Kedua, Khofifah adalah Ketua Muslimat NU sehingga ketokohannya harus diakui paling menonjol di mata perempuan Jatim, bahkan nasional.

PDI P mungkin punya Tri Rismaharini dan Eri Cahyadi sebagai calon yang bisa dimunculkan di Pilkada mendatang, tapi masih kalah mentereng dibandingkan Khofifah. Ketokohan mereka masih kalah dengan KIP.

Ketiga, tidak ada lawan Khofifah (KIP) di Jatim. Jika KIP dimunculkan, penulis yakin tidak ada tokoh yang mampu mengimbangi KIP.

Siapapun yang menjadi wakilnya, pasti akan terpilih. Kemungkinan Emil Dardak, wakilnya di Jatim 1 pada periode lalu, akan diangkat Prabowo sebagai menterinya. Hal ini menyebabkan KIP dengan bebasnya bisa memilih siapapun yang mau menjadi wakil gubernurnya.

Apalagi bila wakilnya itu dari tokoh nasionalis, dipastikan akan semakin kuat kekuatan Islam dan nasionalis.

Dalam sejarahnya, selama ini Khofifah tidak pernah digandeng oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sehingga KIP harus merawat kekuatan besar yang selama ini dirawatnya sebagai Ketua Muslimat NU.

Makanya ketika Prabowo-Gibran muncul sebagai pasangan Capres-Cawapres, Khofifah masuk sebagai tim kampanye mereka. Hasilnya, salah satunya kekuatan muslimat NU menyumbangkan suara terbesar bagi pasangan ini.

Peluang Khofifah di Jatim

Kemenangan pasangan nomor urut 02, Prabowo-Gibran, sangat berpengaruh bagi popularitas KIP.  Semakin bertambah “nilai jual” KIP di mata calon pemilih.

Hasil polesannya di masa akhir-akhir Pemilu membuahkan hasil,  akhirnya Pemilu diselesaikan hanya dalam satu putaran.

Kehadiran KIP sebagai TPN Prabowo-Gibran, secara tidak langsung memang berpengaruh bagi pemilih, terutama di Jatim.

Kantong-kantong PDI P dan PKB tergerus oleh pengaruh KIP. Diperkirakan pasangan nomor 01 dan 03 mendominasi, nyatanya sangat berkurang. Mungkin karena ada program Bansos berupa pembagian beras dan bahan kebutuhan pokok, membuat perolehan suara pasangan nomor urut 02 bersinar.

Memang sinyalemen ini tidak dilakukan penulis melalui penelitian yang valid, tetapi ini merupakan prediksi politis penulis sebagai akademisi.

Gerindra berlari sprint dalam menangkap peluang Pilkada Jatim ini.

Masih November mendatang Pilkada Gubernur Jatim dilaksanakan, tetapi Gerindra jauh-jauh hari mencalonkan kembali KIP sebagai calon gubernurnya.  Berbagai media melansir pernyataan Gerindra ini.

Mungkin hanya Ridwan Kamil yang bisa menyaingi kepopuleran KIP di Jatim. Tetapi kabarnya Ridwan Kamil justru hengkang ke Jakarta.

Peluang ini akan menarik bagi partai-partai yang lain. Partai-partai yang diajak masuk parliamentary threshold, bisa berkoalisi dengan Gerindra.

Meskipun demikian, tanpa koalisi pun Gerindra bisa mencalonkan kembali KIP.

Memang belum ada calon yang men-declare dirinya akan maju sebagai Jatim 1. Jika calon gubernur baru maju, kemungkinan besar mereka harus berpikir ulang. Mereka harus bisa menyaingi Khofifah, atau minimal setara dengan kepopulerannya.

Jika kekuatannya biasa-biasa saja, maka hendaknya mereka mengurungkan diri lewat hitungan matematis sederhana saja, mereka pasti akan kalah. Belum lagi jika mengingat ada kekuatan besar yang bisa dimanfaatkan oleh KIP, yaitu massa Muslimat NU.

Tri Rismaharini mungkin popular di mata perempuan Surabaya. Tetapi ini hanya level Surabaya saja, tidak Jatim. Khofifah menguasai massa Muslimat NU se-Jawa Timur, jadi pasti KIP lebih dikenal oleh mereka.

Ada pula kekuatan KIP yang patut digambarkan di sini, KIP adalah Ketua Keluarga Alumni Unair. Salah satu kampus negeri terbaik di Indonesia. Beberapa alumninya tersebar di mana-mana. Ini bisa menjadi vote getter (pendulang suara) bagi KIP.

Kita bisa menghitung berapa puluh ribu suara yang berpotensi memilih KIP hanya dari alumni Unair yang masih ber-KTP Jawa Timur. Apalagi jika mengingat KIP adalah alumni politik-FISIP Unair. Pasti banyak mahasiwa yang masih aktif menjatuhkan pilihannya pada KIP.

Fenomena ini menunjukkan kekuatan suara bagi KIP. Jadi bisa dikatakan KIP sudah mengelus-elus “jatah suaranya” semenjak dia menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur di periode sebelumnya (2019-2024). Jadi wajar jika perolehan suara KIP bisa diprediksi sejak sekarang ini. Belum lagi bila nanti ada kekuatan lain yang mendukung atau akan memilih dia. Akan semakin besarlah peluang KIP menduduki kembali kursi Gubernur Jatim.

Agenda KIP ke Depan

Apa yang harus dilakukan KIP menjelang Pilkada Gubernur Jatim mendatang? Pertama, memilih tim sukses yang kapabel dan sangat mengenal karakter masyarakat Jatim. Banyak tokoh yang berskala nasional maupun internasional yang mampu dipilih KIP.

Kekuatan partai pengusung tidaklah terlalu signifikan untuk kemenangan KIP.

KIP memiliki kepopuleran dan massa yang sangat mengakar. Penulis yakin, KIP sendirian pun pasti akan menang. Tetapi jauh-jauh hari partai politik yang memperoleh suara, termasuk dalam kekuatan tiga besar (selain PDI P dan PKB) Gerindra sudah lebih dulu memproklamirkan KIP sebagai Gubernur Jatim 2024-2029. Sehingga partai besarlah yang lebih dahulu mengusung nama besar KIP.

Kedua, KIP harus mampu merawat kekuatan massa akar rumput di tubuh Muslimat NU.

Harus diakui, PKB saat ini sudah terpecah menjadi Gusdurian, pendukung Muhaimin, dan Muslimat NU.

Jika pada Pemilihan Presiden (pilpres) RI yang lalu Gusdurian memilih pasangan nomor urut 03 (Ganjar Pranowo-Mahfud MD), pendukung Muhaimin dipastikan mendukung pasangan nomor urut 01. Maka Muslimat NU tidak akan lari ke mana-mana, pasti pilihannya jatuh ke KIP.

Kekuatan massa Muslimat NU ini harus dipelihara sampai pencoblosan Gubernur Jatim, November mendatang. Hanya Muslimat NU yang mampu untuk diarahkan memilih dirinya. Jadi tidak ada calon lain yang memiliki kekuatan massa pendukung sekuat KIP.

Ketiga, segera tebar pesona mumpung pemilih masih hangat suasana Pilpres RI 2024. Sudah saatnya mulai saat ini KIP melakukan banyak promosi. Massa tetap diingatkan untuk memilih dirinya pada Pilkada Gubernur Jatim mendatang lewat media sosial, media online, maupun media konvensional lainnya. KIP bisa mulai melakukan unjuk gigi.

Antusiasme pemilih harus dipelihara untuk memilih dirinya pasca Pilpres yang lalu. Jika prediksi ini meleset, wallahu a’lam bishawab.***

Penulis: Yayan Sakti Suryandaru (Dosen Departemen Komunikasi FISIP Unair Surabaya)