Korban Pembunuhan

FAKTA BARU Korban Pembunuhan PNS Bapenda, Iwan Budi Sudah Beri Keterangan ke Polisi Terkait Korupsi

Penulis: Anas Miftakhudin
Editor: Anas Miftakhudin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Iwan Budi, pegawai Bapenda Kota Semarang yang dilaporkan hilang diduga jadi korban pembunuhan. Kepalanya tidak ada tubuh hangus terbakar.

TRIBUNMATARAMAN.COM I SEMARANG - Ada fakta baru di balik korban pembunuhan, Iwan Budi, PNS Bapenda Kota Semarang yang ditemukan tewas dengan kondisi mayat terpotong-potong dan sebagian bagian tubuhnya hingga kini ada yang belum ditemukan, ternyata sudah memberikan kesaksian kepada penyidik kepolisian.

Fakta baru tersebut dilontarkan Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Iqbal Alqudusy.

Bahwasanya, Iwan Budi yang menjadi korban pembunuhan sempat memberikan keterangan lisan pada penyidik sebelum dinyatakan hilang dan ditemukan menjadi arang di semak-semak Kawasan PT Famili Jalan Marina Raya Semarang Barat

Keterangan lisan korban itu terkait anggaran sertifikasi tanah yang tidak lengkap.

"Keterangan lisan yang diberikan saudara Iwan Budi proses pensertifikatan tahun 2010," jelasnya saat dikonfirmasi, Jumat (16/9/2022).

Menurut keterangan Iwan, kata Kombes Iqbal, tidak terserapnya seluruh anggaran pensertifikatan tersebut disebabkan oleh alasan teknis.

"Yang bersangkutan juga bersedia memberikan keterangan," katanya.

Dia menjelaskan duduk perkara Iwan Budi dipanggil kepolisian terkait dugaan kasus korupsi.

Menurutnya, pada tanggal 5 April 2020 lalu ada aduan dari Aliansi Masyarakat Kota Semarang soal dugaan korupsi.

"Aduan tersebut soal dugaan korupsi di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Semarang," paparnya.

Kasus tersebut terkait kegiatan pensertifikatan tanah fasum, fasos, dan utility dari PT KAL kepada Pemerintah Kota Semarang sebanyak delapan bidang.

"Tanah tersebut bertempat di Kecamatan Mijen, Kota Semarang," ungkapnya.

Status penanganan aduan masyarakat itu adalah pengumpulan bahan keterangan (Pulbaket) dalam rangka lidik.

Penyelidik telah melakukan pengumpulan bahan keterangan dan klarifikasi.

"Ada lebih dari dua orang, sejak akhir 2021 dan 2022 ini yang sudah dimintai keterangan dan klarifikasi," jelasnya.

Penyelidik pun sudah pernah bertemu dengan Iwan selaku analisis kebijakan muda.

"Selain itu juga bertemu atasannya bernama Paijo," paparnya.

Pertanyakan Laptop di TKP

Sementara itu suasana duka masih menyelimuti rumah Paulus Iwan Budi di kawasan Tembalang, Kota Semarang.

Begitu hasil tes DNA atas jasat yang ditemukan di kawasan Marina terungkap.

Sesuai hasil tes DNA, mayat yang ditemukan di Marina identik dengan Iwan Budi, aparatur sipil negara (ASN) Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Semarang.

Pantauan Tribun Jateng, Jumat (16/9/2022), tamu-tamu terus berdatangan ke rumah keluarga Iwan Budi.

Mereka datang untuk melayat dan menghibur istri dan keluarga korban.

Istri Iwan, Theresia Onee Anggarawati, menyatakan hingga kini dia belum mendapat kabar mengenai kapan jenazah Iwan diantar ke keluarga.

Pihaknya hingga kini masih koordinasi dengan polisi.

"Mungkin polisi masih mencari bagian-bagian yang hilang," ujar Onee saat ditemui di rumahnya, di Kelurahan Pedalangan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

Onee menyayangkan tidak adanya perlindungan terhadap suaminya, saat dipanggil menjadi saksi tindak pidana korupsi.

"Saya tidak minta pun, harusnya ada (perlindungan)," ujar Onee.

Menurut Onee, saat suaminya menjadi saksi, seharusnya ada wadah untuk melindungi keselamatannya.

Hal ini untuk mengantisipasi terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Kalau itu betul dia (Iwan) menjadi saksi, tolong ada wadah untuk melindungi saksi.

"Cukup Pak Iwan saja yang menjadi korban. Keluarga korban, saya rasa, juga harus ada perlindungan," ujarnya.

Onee menceritakan, hingga kini tidak ada barang-barang yang dibawa suaminya hilang.

Namun ada satu barang yang ditemukan di lokasi kejadian bukan milik suaminya.

"Ada laptop yang ditemukan. Namun itu bukan milik suami saya karena laptopnya ada di rumah," tuturnya.

Dia meminta, polisi terus mengawal kasus tersebut hingga tuntas.

Dia tidak ingin perkara yang menelan korban suaminya hilang begitu saja.

"Tolong kawal terus masalah ini terkait misteri permasalahan ini yang saya tidak tahu," ujarnya.

Mochi anjing kesayangan Iwan Budi dilibatkan dalam pencarian potongan tubuh tuannya yang belum ditemukan di Jalan Raya Marina, Rabu (14/9/2022). (Tribun Jateng/Rahdyan Trijoko Pamungkas)

Saksi Dugaan Korupsi

Korban pembunuhan PNS Bapenda Pemkot Semarang, Iwan Budi masih menjadi misteri. Terlebih cara kematiannya tak wajar, dimutilasi kemudian dibakar.

Apalagi korban pembunuhan ini menjadi saksi dugaan korupsi di lingkungan tempat kerjanya.

Dugaan kasus yang menyeret Iwan Budi sebagai saksi di Ditreskrimsus Polda Jateng berlangsung pada 2010.

Ketika itu BPKAD dan Bapenda masih menjadi satu instansi. Yakni Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Semarang.

Kepala BPKAD Kota Semarang, Tuning Sunarningsih tidak bisa menjelaskan secara detail dugaan kasus yang kini dipelototi penyidik kepolisian.

Apalagi, posisi penanggungjawab aset di instansinya itu sejak 2010 hingga kini telah berganti-ganti.

Tuning Suharningsih menyerahkan pada kepolisian agar bekerja menuntaskan kasus ini terlebih dahulu sehingga informasi yang beredar tidak simpang siur.

"Kami berharap biar tim (kepolisian) menyelesaikan terlebih dahulu supaya tidak simpang siur."

"Kami tunggu penjelasan dari yang berwenang."

"Ini permasalahannya belum jelas."

"Biar nanti dari pihak yang berwajib bekerja dengan porsi mereka," tutur Tuning kepada Tribunjateng.com, Senin (12/9/2022).

Tuning Sunarningaih juga mengaku tidak tahu berapa nilainya. Begitu pula letak aset yang menjadi dugaan korupsi.

Namun, sertifikat aset tersebut memang ada.

Hanya saja, dia belum mengecek secara detail.

"Total nilai aset, kami belum tahu, posisi letak aset itu ada di mana juga kami belum tahu."

"Tapi sertifikatnya memang ada, hanya belum menelitinya secara detail."

"Sertifikatnya jumlahnya ada delapan kalau tidak salah," paparnya.

Tuning menjelaskan, pemanggilan saksi atas dugaan kasus tersebut tidak diketahui oleh BPKAD Kota Semarang.

Pemanggilan dari pihak kepolisian langsung ke individu.

Selain Iwan Budi yang dipanggil sebagai saksi, menurutnya, pernah ada kabid dan kasi di bidang aset yang dimintai keterangan.

Namun, kedua orang tersebut saat ini telah berpindah bidang.

Dua orang itu pun tidak mengetahui secara detail karena mereka tergolong baru dan tidak lama menjabat di bidang aset.

"Mereka dipanggil sebelum kejadian ini."

"Pemanggilan langsung ke personal."

"Kami juga hanya diceritakan karena suratnya (pemanggilan) tidak lewat ke kami (BPKAD)," terangnya.

Seperti diketahui sebelumnya, di balik penemuan korban pembunuhan dengan kondisi jasad hangus terbakar tanpa kepala dan bagian tubuh lain, ada masalah besar di lingkungan Iwan Budi Paulus bekerja.

Dimana korban pembunuhan keji yang diduga Iwan Budi Paulus ini bekerja sebagai pegawai Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Semarang.

Di lingkungan tempat bekerjanya kini tengah disorot dugaan korupsi terkait aset milik Pemkot Semarang.

Dugaan korupsi itu ditangani Ditreskrimsus Polda Jateng.

Korban pembunuhan ini menjadi saksi terkait dugaan kasus tersebut.

Apakah korban kematian ini ada hubungannya dengan dugaan kasus korupsi? Itu yang masih menjadi tanda tanya.

Juga, apakah korban kematian ini tahu banyak terkait dugaan korupsi itu sehingga dihabisi orang tertentu agar perkara tidak berkembang?

Tengara itu kini masih diselidiki dan coba digali Polrestabes Semarang yang menangani perkara tersebut.

Sekda Kota Semarang, Iswar Aminuddin, mengatakan pihaknya belum bisa memastikan bahwa korban pembunuhan yang ditemukan di Jalan Marina Raya tersebut adalah Iwan Budi.

Pemkot masih menunggu kepastian dari kepolisian terkait siapa sebenarnya korban pembunuhan itu.

"Kemarin kepala Bapenda mendapat laporan informasi telah ditemukan mayat. Diduga, itu almarhum Iwan Budi, staf Bapenda, tapi kami belum bisa memastikan 100 persen," terang Iswar, Jumat (9/9).

Menurut Iswar, hingga saat kini polisi masih bekerja untuk memastikan mayat tersebut benar-benar Iwan Budi atau bukan.

Secara kasat mata, motor Honda Vario, nopol pelat nomor, nomor rangka, termasuk emblem memang menunjukkan yang dipakai oleh Iwan Budi.

Hanya saja secara scientific, perlu menunggu hasil dari kepolisian.

“Polisi tentu akan melakukan pemeriksaan DNA dan forensik terhadap temuan korban pembunuhan itu. Hasil forensiknya seperti apa, baru bisa ditentukan itu Iwan atau bukan," ucapnya.

Terkait Pemanggilan Iwan Budi sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi, Iswar menjelaskan, dugaan korupsi tersebut dimungkinkan terjadi pada tahun 2010 silam.

Namun, Iswar mengaku, belum mendalami secara detail tentang dugaan korupsi yang kini diselidiki Polda Jateng itu

Berdasarkan informasi dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Semarang, kata Iswar, pernah dianggarkan penyertifikatan hasil penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas umum (PSU) dari BSB.

Anggaran tersebut sebesar Rp 3 miliar.

Namun, anggaran itu tidak digunakan seluruhnya, hanya untuk honor tim.

"Angka Rp 3 miliar tidak digunakan semua. Di mana letak korupsinya, masih pendalaman dengan teman-teman kepolisian," kata Iswar.

Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar (kanan) saat olah TKP korban pembunuhan diduga Iwan Budi Pegawai Bapenda Kota Semarang (TRIBUN JATENG/MUHAMMAD FAJAR)

Dia juga belum dapat memastikan, apakah hilangnya Iwan Budi berkaitan dengan kasus tersebut.

Dia mengaku, belum dapat informasi secara lengkap dari polisi.

Pada kasus yang tengah didalami polisi, kata Iswar, Iwan Budi baru diundang sebagai saksi.

Artinya, polisi masih mendalami dan menghimpun data.

"Belum masuk penyidikan, baru menghimpun data-data. Kami serahkan ke kepolisian pendalaman seperti apa, apakah ada hubungan menghilangnya Iwan dengan kasus, sementara ditangani kepolisian," paparnya. (Kompas.com/Tribun Jateng)