TRIBUNMATARAMAN.COM | TRENGGALEK - Muhadi (72) yang sempat terpisah dari kekuarganya selama 30 tahun bakal berkumpul lagi dengan keluarganya di Trenggakek.
Momen haru biru itu pun disambut keluarganya di Trenggalek.
Untuk menandai momen penting ini, Polres Trenggalek akan menjemput Muhadi yang 30 tahun berpisah dengan keluarganya, untuk pulang ke Kabupaten Trenggalek.
Muhadi direncanakan berangkat dari Labuhanbatu, Sumatera Utara, Selasa (28/6/2022).
Ia diberangkatkan oleh Polres setempat naik pesawat hingga di Bandara Juanda Surabaya.
Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyatputera mengatakan, ia akan ikut menjemput langsung ke bandara bersama Ali Fattah, anak pertama Muhadi.
"Kami akan menjemput dan mengawal sampai rumah. Kami juga sudah berkomunikasi intens dengan Polres Labuhanbatu," kata Dwiasi, Senin (27/6/2022).
Dwiasi mengatakan, pihaknya menerima kabar soal Muhadi yang terpisah 30 tahun dengan keluarganya pada Minggu (26/6/2022) siang.
Kabar itu didapat dari kepolisian Labuhanbatu.
Ia pun meminta anggotanya untuk menelisik benar-tidaknya keberadaan keluarga Muhadi di Trenggalek.
Dan benar saja, tak butuh waktu lama bagi polisi menemukan Surti (65), istri Muhadi yang tinggal di Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan.
"Ternyata sudah 30 tahun tidak bertemu," ungkap Dwiasi.
Dwiasi berharap, keluarga Muhadi bisa hidup bahagia setelah kepulangan sang bapak.
Diberitakan sebelumnya, Muhadi yang hidup telantar di Labuhanbatu, Sumatera Utara akhirnya bisa kembali berkomunikasi dengan keluarganya setelah pertemuan terakhir 30 tahun silam.
Awal 1990-an, ia pergi ke Malaysia untuk merantau.
Tak pastinya pekerjaan di sana membuat ia berpindah-pindah tempat.
Terakhir ia menghubungi keluarganya setelah Tsunami Aceh 2004.
Tahun 2006, ia berkabar bahwa selamat dari bencana itu. Selepas itu, tak ada kabar apapun dari Muhadi.
Keluarga di Jawa Timur berusaha mencari.
Ali Fattah bahkan pernah berangkat ke Sumatera untuk mencari jejak ayahnya.
""Saya cari sampai ke Jambi. Tidak ketemu. Balik lagi karena kehabisan uang," terang Ali.
Cerita bahwa dia merupakan warga Jatim yang sudah puluhan tahun tak pulang dan lepas kontak dengan keluarga didengar oleh anggota polisi setempat.
Kabar itu kemudian meluas hingga ke media sosial. Polisi Labuhanbatu kemudian mengimunikasikannya dengan polisi di Kabupaten Trenggalek.
Setelah ditelusuri, keberadaan keluarga Muhadi akhirnya ditemukan, Minggu (26/6/2022). Mereka tinggal di Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan.
Kepolisian Labuhanbatu rencananya akan memulangkan Muhadi pada Selasa (27/6/2022).
Ia terbang dari sana menuju Surabaya didampingi personil polisi setempat.
Dikira sudah Meninggal
Surti (65) tampak begitu grogi. Wajahnya terlihat antara percaya dan tak percaya ketika orang-orang berbicara tentang suaminya Muhadi (72).
Sudah 30 tahun Surti tak jumpa dengan Muhadi. Sang suami yang awalnya merantau di Malaysia tiba-tiba hilang kabar.
Awal merantau awal 1990-an, keduanya masih sering saling menghubungi. Muhadi juga selalu kirim uang untuk keluarganya.
Namun, pekerjaan yang tak pasti di Malaysia membuat Muhadi berpindah-pindah tempat kerja. Ia bahkan meninggalkan Malaysia dan pergi ke Aceh. Bekerja apa adanya.
"Tahun 2006 ketika Tsunami, bapak sempat berkabar kalau [dia] selamat," kata Ali Fattah (45), anak pertama Muhadi-Surti.
Itu merupakan kabar terakhir yang Ali dan keluarga terima soal keberadaan sang bapak. Setelah itu, tak ada sedikitpun cerita soal Muhadi.
Belasan tahun tak ada kabar, mereka sudah mengikhlaskan andai kata Muhadi telah meninggal.
Maka ketika kabar sang bapak selamat dan akan segera pulang ke Trenggalek untuk kembali bersama keluarga, Surti, Ali, dan tiga anak lainnya merasa seperti tak percaya.
"Sama halnya saya menemukan emas. Masalahnya sudah dikabarkan meninggal, jadi [dapat kabar bapak masih hidup] sama seperti menemukan emas," sambung Ali.
Senin (27/6/2022), Surti kembali bisa bertatapan dengan wajah suaminya lewat panggilan video dengan aplikasi.
Panggilan video itu digelar di rumah Surti di Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan.
Polisi membawa alat lengkap dengan layar proyektor.
Di layar itu, Muhadi bersama polisi di Labuhanbatu tampil. Suasana lokasinya menunjukkan ia berada di markas polisi.
Pertemuan virtual itu memang difasilitasi oleh Polres Trenggalek dan Polres Labuhanbatu, Sumatera Utara.
Terjalinnya kembali kabar keluarga itu dimulai dari media sosial, juga kecekatan polisi menyambungkan informasi.
Kabar yang dihimpun Tribunmataraman.com, Muhadi beberapa tahun terakhir hidup terlantar di Labuhanbatu Utara.
Cerita bahwa dia merupakan warga Jatim yang sudah puluhan tahun tak pulang dan lepas kontak dengan keluarga didengar oleh anggota polisi setempat.
Kabar itu kemudian meluas hingga ke media sosial. Polisi Labuhanbatu kemudian mengimunikasikannya dengan polisi di Kabupaten Trenggalek.
Setelah ditelusuri, keberadaan keluarga Muhadi akhirnya ditemukan, Minggu (26/6/2022). Mereka tinggal di Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan.
Dalam perbincangan virtual itu, Surti tak kuasa berkata-kata. Suaminya berkali-kali mengajaknya berbincang. Tapi, Surti hanya terisak sembari sesekali menghapus air matanya.
"Saya [sampaikan] terima kasih," kata Surti, kepada Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyatputera.
Tentu saja, keluarga Muhadi di Trenggalek tak tinggal diam ketika sang ayah hilang kontak.
Ali Fattah sempat mencoba mencari keberadaannya.
"Saya cari sampai ke Jambi. Tidak ketemu. Balik lagi karena kehabisan uang," terang Ali.
Adik Ali pun sempat berencana untuk kembali pergi mencari sang bapak. Tapi hal itu urung dilakukan.
"Saya larang. Bapak sudah hilang. Saya khawatir adik nanti hilang juga," tutur Ali.
Sementara Muhadi tampak begitu bersemangat ketika berbincang dengan Ali dalam panggilan video itu.
Ia seperti tak sabar ingin segera pulang.
"Tapi bapak pulang tidak bawa apa-apa," kata Muhadi, dalam bahasa Jawa.
Ali yang awalnya terharu pun tertawa mendengar kata-kata bapaknya.
"Yang penting selamat sampai rumah, Pak," timpalnya.