Mayat Tanpa Kepala di Jombang

Pelaku Mutilasi di Megaluh Jombang Kunjungi Keluarga Korban Agar Tak Dicurigai

Pembunuh sadis terhadap korban yang jasadnya ditemukan tanpa kepala di saluran irigasi sawah di Megaluh Jombang sempat ke rumah keluarga korban

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/anggit pujie widodo
SADIS - Eko Fitrianto diborgol dan menggunakan baju tahanan saat digelandang ke Kantor Satreskrim Polres Jombang, Jawa Timur pada Kamis (20/2/2025). Sakit hati jadi alasan Eko habisi nyawa Agus tanpa ampun. 

TRIBUNMATARAMAN.COM | JOMBANG - Eko Fitrianto (38), pelaku pembunuhan disertai mutilasi terhadap korban yang jasadnya ditemukan tanpa kepala di saluran irigasi sawah di desa Dukuharum, kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, sempat berkunjung ke rumah korban di Kecamatan Diwek, setelah melakukan aksi sadisnya. 

Hal tersebut diungkapkan oleh Kasatreskrim Polres Jombang, AKP Margono saat konferensi pers kasus mutilasi di Mapolres Jombang pada Kamis (20/2/2025).

Korban Agus dan pelaku Eko ini diketahui merupakan teman lama. Keduanya memang sudah saling mengenal saat bekerja di pabrik plywood sebelum akhirnya korban memutuskan keluar dan bekerja di percetakan kalender di Mojokerto.

Baca juga: Sadisnya Eko Fitrianto Pelaku Pembunuhan Mayat Tanpa Kepala di Megaluh Jombang, Mengaku Sakit Hati

Mirisnya, Eko ini sempat berkunjung ke rumah Agus di Desa Jatirejo sehari setelah ia melakukan membunuh korban pada Sabtu (8/2/2025).

"Karena memang pelaku dan korban ini sudah teman lama. Pelaku sempat datang ke rumah Agus, ia datang dengan harapan bahwa tidak dicurigai," ucap Kasatreskrim Polres Jombang AKP Margono Suhendra.

Setelah aksi pembunuhan sadis yang ia lakukan. Eko tidak kabur, melainkan tetap di Jombang dan melakukan aktivitas kesehariannya tanpa pernah terjadi apapun.

"Jadi pelaku tetap melakukan kegiatan sehari-hari, bekerja, bahkan pelaku ini sempat datang ke rumah korban," ujarnya.

Dia menjelaskan, saat Eko melakukan eksekusi itu, dimungkinkan korban masih dalam kondisi bernyawa namun sudah tidak berdaya.

"Dari hasil autopsi, memang ada pendarahan di kepala yang juga bisa mengakibatkan kematian. Tetapi dari hasil autopsi juga, yang menyebabkan kematian korban adalah adanya goresan benda tajam di leher sehingga dimungkinkan korban masih hidup saat pelaku melakukan proses mutilasi," ungkapnya

Eko mengaku ia membunuh Agus lantaran sakit hari atas ucapan yang dianggapnya tidak pantas. Terlebih saat itu keduanya sudah dalam kondisi mabuk akibat menenggak minuman keras.

"Penyampaian dari pelaku, memang minuman keras ini sudah sangat banyak dikonsumsi sehingga tidak terkendali, baik korban maupun pelaku," katanya.

Sehingga pada saat selesai minum, ada  cekcok antara Eko dan Agus. Cekcok itulah yang menimbulkan perkelahian terlebih dahulu di Tempat Kejadian Perkara (TKP) di dekat saluran irigasi persawahan di Desa Dukuharum, Kecamatan Megaluh, Jombang.

"Setelah perkelahian, ada pukulan keras di bagian kepala yang dilancarkan oleh Eko. Korban ini langsung jatuh tanpa ada gerakan apapun," bebernya.

Usai Agus terjatuh, Eko lalu sempat pulang sebentar ke rumahnya untuk mengambil alat pemotong kayu yang kemudian ia gunakan untuk memotong bagian kepala korban.

"Pelaku ini kembali ke rumahnya untuk mengambil alat pemotong kayu, yang memang digunakan yakni Sosrok. Sosrok itu memang digunakan Eko sehari-hari untuk bekerja," ungkapnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved