Berita Tulungagung
Hasil Uji Laboratorium, Ditemukan Tikus Pembawa Bakteri Leptospira di Ngunut Tulungagung
Hasil uji laboratorium, ditemukan bakteri leptospira di dalam ginjal tikus yang menyebabkan seorang warga Ngunut, Tulungagung meninggal
Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.COM - Seorang warga Pandansari, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung meninggal dunia karena terjangkit leptospirosis.
Temuan ini ditindaklanjuti dengan mengambil sampel ginjal tikus dan urine sapi di sekitar rumah korban.
Sampel dari kedua hewan ini lalu dikirim ke Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya untuk diteliti di laboratorium.
Baca juga: Penyakit Kencing Tikus Merenggut Nyawa Seorang Warga Tulungagung
"Kami melakukan penangkapan tikus di rumah korban dan beberapa rumah lain di sekitarnya. Kami juga ambil sampel urine sapi milik korban," terang Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Tulungagung, Didik Eka.
Hasil penelitian di laboratorium memastikan ada tikus yang mengandung bakteri leptospira, penyebab leptospirosis.
Ginjal tikus yang positif mengandung bakteri leptospira ini berasal dari rumah korban.
Sedangkan tikus-tikus lain dari tetangga sekitar dinyatakan negatif bakteri leptospira.
"Hasil tes urine sapi juga dinyatakan negatif. Jadi hanya tikus yang dari rumah korban yang positif mengandung bakteri leptospira," ujar Didik.
Didik menambahkan, temuan ini memastikan sumber pencemaran penyebab penyakit leptospirosis pada korban.
Dinkes telah melakukan sosialisasi terkait keberadaan tikus pembawa bakteri leptospira ini.
Diharapkan masyarakat waspada dan melakukan langkah pencegahan serta pemberantasan tikus di lingkungannya.
Selain di Pandansari, sampel ginjal tikus juga diambil di Desa Bono dan Ngranti Kecamatan Boyolangu.
Langkah ini untuk memastikan kemungkinan menyebarkan bakteri ini pascabanjir bandang.
Dari hasil uji laboratorium terhadap sampel ginjal tikus di kedua desa ini dinyatakan negatif.
"Hipotesa kami tikus menjadi hewan yang kemungkinan banyak membawa bakteri leptospira. Namun di kedua desa ini hasilnya negatif," tegas Didik.
Bakteri leptospira tidak hanya tinggal pada tikus, namun bisa juga di hewan seperti babi, sapi, anjing, kucing dan kambing.
Pada hewan-hewan yang terjangkit leptospira tidak menunjukkan gejala.
Bakteri ini bisa masuk ke tubuh manusia lewat selaput lendir, mata, hidung, kulti lecet, dan makanan yang sudah tercemari bakteri ini.
"Bakteri ini tinggal di ginjal hewan lalu keluar lewat air kencingnya," ungkap Didik.
Melihat cara penularannya penting untuk menjaga makanan dari jangkauan tikus, seperti memberikan tudung yang rapat.
Selain itu juga penting menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan lingkungan, menutup luka dengan plester kedap air dan menutup tempat sampah serta penampungan air.
Gejala yang bisa ditemukan pada pasien adalah demam mendadak pada suhu sekitar 38 derajat celcius, sakit kepala, mata merah, kulit kekuningan dan nyeri otot betis.
Jika terlambat ditangani penyakit ini bisa memicu gagal ginjal dan kematian.
(David Yohanes/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer