Hari Guru Nasional

Buka Sanggar Lukis untuk Anak, Guru SMP di Kota Blitar Ini Kerap Dibayar dengan Sembako

Guru Tidak Tetap di Kota Blitar, Igit Hariyatmoko, membuka sanggar lukis untuk anak-anak dan umum. Tak mematok tarif, Igit kadang dibayar sembako.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: eben haezer
ist/sanggar lukis nirwana
Igit Hariyatmoko, guru SMPN 1 Kota Blitar, pemilik Sanggar Lukis Nirwana sedang mengajari seni lukis kepada anak-anak di rumahnya.  

TRIBUNMATARAMAN.COM - Berkesenian sudah menjadi jiwa Igit Hariyatmoko (42) sejak kecil.

Igit adalah guru tidak tetap, warga Jl Sudanco, Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar.

Kegemarannya terhadap seni lukis itu pula yang GTT di SMPN 1 Kota Blitar ini membuka sanggar seni lukis untuk masyarakat di rumahnya.

Sanggar seni lukis yang diberi nama Sanggar Lukis Nirwana milik Igit ini bisa dibilang berbeda dengan yang lain.

Sebab, bapak dua anak itu tidak mematok tarif untuk anak-anak maupun masyarakat yang ingin belajar seni lukis di sanggarnya.

Bahkan, ia kerap dibayar menggunakan sembako oleh orang tua dari anak yang belajar seni lukis di sanggarnya.

"Saya buka sanggar lukis di rumah sudah hampir 10 tahunan," kata Igit saat ditemui di sela-sela mengajar di SMPN 1 Kota Blitar, Jumat (25/11/2022).

Bagi Igit, membuka sanggar seni menjadi bagian menyalurkan hobi sekaligus mengajarkan dunia seni lukis kepada anak-anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa.

Lewat sanggar miliknya, Ia ingin anak-anak memiliki wadah untuk mengembangkan potensi dan melatih keterampilan terutama di bidang seni lukis.

"Saya ingin sanggar ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengasah skill terutama dalam bidang seni lukis. Pengembangan potensi untuk generasi muda perlu, apalagi di bidang seni harus dilatih sejak dini," ujar sarjana pendidikan seni rupa IKIP Surabaya itu.

Selain itu, membuka sanggar seni lukis juga menjadi bagian nostalgia Igit dengan masa kecilnya. Dulu, Igit juga belajar melukis di sanggar.

"Sejak SD sampai SMA saya juga belajar melukis di sangar," katanya.

Untuk itu, Igit tidak mematok tarif kepada masyarakat yang ingin belajar melukis di sanggarnya. Masyarakat membayar seikhlasnya untuk kursus melukis di sanggarnya.

"Tarifnya seikhlasnya, kadang ada yang memberi Rp 15.000 per pertemuan, ada yang Rp 25.000 sampai Rp 50.000. Yang bayar pakai beras dan telur juga ada. Ada juga yang sudah tiga bulan belajar, setelah itu pergi dan tidak bayar. Tapi, saya tidak apa-apa, yang penting barokah ilmunya," katanya.

Sekarang, Igit memiliki 40 murid di sanggar seni lukisnya. Murid-murid di sanggar lukisnya mulai usia PAUD sampai SMA. Ia juga mempunyai murid disabilitas di sanggar lukisnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved