Banjir Tulungagung
2 Minggu Banjir Tak Segera Usai, Warga Bedalem Tulungagung Beraktivitas Pakai Perahu
Warga Dukuh Bedalem, Dusun Gambiran, desa Besole, Tulungagung memanfaatkan perahu karet milik BPBD untuk tetap beraktivitas di tengah kepungan banjir
Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.COM - Banjir merendam Dukuh Bedalem, Dusun Gambiran, Desa Besole, Kecamatan Besuki lebih dari dua minggu.
Genangan air membuat sekitar 65 rumah terisolasi, terpisah dari air dengan desa induk.
Setiap hari warga memanfaatkan sebuah perahu milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang ditinggalkan di dusun ini.
Sebenarnya ketinggian air satu meter lebih dan masih bisa dilewati orang dewasa.
Baca juga: Pantai Gemah dan Pantai Klathak Tulungagung Porak Poranda Diterjang Banjir Bandang
Namun mereka harus basah-basahan menembus air.
Sementara sepeda motor sama sekali tidak bisa melintas, karena pasti mogok di tengah banjir.
Perahu ini sangat membantu untuk pelajar dan pekerja yang berangkat pagi hari.
"Kalau pagi anak-anak sekolah itu yang banyak diangkut. Kasihan kalau harus menembus banjir," ucap Sringatin (50), salah satu warga Dukuh Bedalem.
Rumah Sringatin yang ketempatan menjadi dermaga perahu BPBD ini.
Perahu kecil ini bersandar di sisi utara rumah Sringatin, lalu penumpang turun di halaman rumahnya.
Sepeda motor warga yang rumahnya terisolasi dititipkan ke warga lain yang tidak kebanjiran.
"Ada pekarangan warga yang jadi tempat penitipan sepeda motor. Karena tidak mungkin menyeberang," sambung Sringatin.
Permukiman yang terisolasi ada di sebelah utara permukiman utama, dikelilingi sawah dan sungai.
Permukiman ini hanya punya satu jalan keluar masuk yang saat ini tertutup banjir.
Situasi ini sudah dialami warga sejak tanggul sungai di dekat permukiman mereka jebol, dan belum bisa diperbaiki karena debit air sangat tinggi.
"Setiap tahun memang banjir, tapi tidak separah ini. Biasanya beberapa hari sudah hilang, tapi ini dua minggu lebih airnya masih tinggi," keluh Sringatin.
Bahkan air selalu masuk ke rumah setiap kali hujan deras turun.
Bahkan Sringatin harus menaruh aneka perabot seperti lemari es di atas meja.
Sebab jika tidak peralatan elektronik ini akan rusak terendam air.
"Sudah bosan saya bersih-bersih, lebih dari lima kali. Setiap hujan pasti masuk rumah," katanya.
Akibat banjir bandang ini, empat sepeda motor milik Sringatin pernah terendam air.
Satu di antaranya, jenis Honda Vario harus turun mesin karena kemasukan air.
Selan itu 7 karung gabah miliknya juga terkena luapan air.
Sringatin kebingungan mengeringkan gabah-gabahnya karena tidak ada tempat untuk menjemur.
Apalagi hampir setiap hari cuaca di Tulungagung selatan selalu hujan.
"Gak tahu itu tumbuh apa tidak gabahnya. Mau gimana lagi, tidak ada tempat menjemur," ucapnya putus asa.
Warga lainnya yang masih terendam rumahnya adalah Jaitun (60).
Menurutnya, air mulai masuk ke rumah pada Minggu (9/10/2022) malam.
Saat itu dirinya sendang tidur, tiba-tiba diberi tahu jika air sudah naik.
"Tahu-tahu sandal sudah mengambang di air di dalam rumah," ucapnya.
Karena rumahnya terendam air, Jaitun mengungsi di rumah tetangganya yang terbebas dari air.
Ia mengaku berulang kali membersihkan rumahnya, namun kembali kotor karena air masih menggenang.
Semua perabot terpaksa harus dinaikkan ke atas meja atau dipan agar tidak terendam air.
"Termasuk alat masak. Kalau tidak begini tidak bisa memasak," ujar Jaitun.
(David Yohanes/TRIBUNMATARAMAN.COM)
editor: eben haezer