Tragedi Kanjuruhan
Remuk Hati Javier Roca Saksikan Aremania Meregang Nyawa Dipelukan Pemain: Saya Hancur Secara Mental
Pelatih Arema FC Javier Roca merasakan kepedihan yang mendalam soal Tragedi Kanjuruhan yang tewaskan 125 orang.
TRIBUNMATARAMAN.COM - Pelatih Arema FC Javier Roca merasakan kepedihan yang mendalam soal Tragedi Kanjuruhan yang tewaskan 125 orang.
Bagaimana tidak, Tragedi Kanjuruhan seakan menjadi pengalaman perdana Javier Roca yang begitu menyakitkan dan tak pernah dibayangkan sebelumnya.
Bahkan tak hanya itu Javier Roca merasakan rasa bersalah yang amat mendalam akibat kejadian ini
Ya, Javier Roca Pelatih Arema FC menjadi saksi bisu saat Aremania meregang nyawa di Stadion Kanjuruhan Malang.
Baca juga: Prediksi dan Live Streaming Malam Ini Inter Milan vs Barcelona Liga Champions, Siaran Langsung SCTV
Baca juga: Prediksi & Link Live Streaming Liverpool vs Rangers Liga Champions, Laga Terakhir Jurgen Klopp?
Baca juga: Jadwal Timnas U17 Matchday Kedua Uni Emirat Arab Siaran Langsung Indosiar Kualfikasi Piala Asia U17
Ia tak menyangka laga Arema vs Persebaya yang berlangsung pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB berakhir dengan skor 2-3, ini berakibat fatal dengan tewasnya sebanyak 125 Aremania.
Sesekali Javier Roca seakan menyalahkan dirinya sendiri, andai timnya meraih hasil imbang, dia menilai tragedi ini tak akan terjadi.
"Saya hancur secara mental. Saya merasakan beban yang sangat berat, bahkan tanggung jawab," kata Javier Roca, dilansir dari Kompas.com.
"Hasil menentukan apa yang terjadi pada akhir. Jika kami imbang, ini tidak akan terjadi," ucap mantan pelatih Persik Kediri ini.
Javier Roca baru mengetahui kejadian di dalam stadion setelah kembali dari ruang konferensi pers.
Dia melihat para pemainnya membantu para korban.
Pelatih asal Chile tersebut mengatakan bahwa ada penonton yang meninggal dalam pelukan pemain.
"Kami tidak pernah menyangka ini akan terjadi karena pemain memiliki hubungan yang bagus dengan para penggemar," kata Javier Roca.
"Saya pergi ke ruang ganti dan beberapa pemain tetap berada di lapangan. Ketika saya kembali dari konferensi pers, saya melihat tragedi dalam stadion," ucap eks Pelatih Persik Kediri.
"Para pemain lewat dengan membawa korban di tangan mereka. Yang paling mengerikan saat korban masuk (ke ruang ganti) untuk dirawat oleh tim dokter," kata dia.
"Sekitar 20 orang masuk dan empat meninggal. Ada suporter yang meninggal di pelukan pemain," ucapnya. (Tribunnews.com)
Kapolda Jatim Didesak Dicopot
Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta didesak dicopot oleh Aremania buntut Tragedi Kanjuruhan.
Hal ini menindaklanjuti, setelah Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit mencopot jabatan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat pada Senin (3/10/2022).
"Ya tuntutan kami akhirnya diijabahi, akhirnya Kapolres Malang, bersama dengan anggota Brimob dicopot," ucap Dadang Indarto, Aremania.
Meski demikian, Dadang mengatakan, bahwa mencopot jabatan, dan dipindah tugas bukanlah sebuah solusi.
Akan tetapi, penyebab kematian ratusan Aremania saat pertandingan Arema vs Persebaya juga harus diusut.
"Copot pindah tugas itu bukan solusi. Anehnya, kenapa aparat harus melakukan tindakan, sampai-sampai meregang nyawa Aremania," ujarnya.
Dadang menjelaskan, saat insiden terjadi, aparat menembakkan gas air mata secara serentak ke arah tribun ekonomi.
Hal ini yang menjadi penyebab, jatuhnya korban jiwa dari para suporter.
"Seorang bawah gak akan melakukan hal konyol tanpa ada arahan. Pimpinan pasti yang bertanggung jawab. Saat ini informasinya Kapolda sedang diperiksa. Semoga ada kejelasan," tandasnya.
Kapolda Jatim Jelaskan Soal Penggunaan Gas Air Mata
Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta menerangkan, kronologi kericuhan yang menyebabkan 129 orang korban tewas dalam kerusuhan usai pertandingan 'Derbi Jatim' Arema FC melawan Persebaya Surabaya, di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.
Pertandingan pada malam hari itu, berlangsung mulai pukul 20.00-22.00 WIB. Hasilnya, kemenangan berpihak kepada Persebaya Surabaya dengan skor 3-2 atas Arema FC.
"Terkait proses pertandingan tidak ada permasalahan. Semua selesai," ujar Nico di halaman Mapolres Malang, sekitar pukul 05.00 WIB, Minggu (2/10/2022).
Permasalahan terjadi saat pertandingan tersebut berakhir. Suporter Arema FC yang selama ini mempertahankan kemenangan tanpa kalah selama 23 tahun itu, akhirnya yang merasa dipermalukan di kandang sendiri.
"Rasa kekecewaan itulah yang menggerakkan penonton turun ke tengah lapangan, dan berusaha mencari para pemain dan official untuk menanyakan kenapa sampai kalah atau melampiaskan," terangnya.
Oleh karena itu, lanjut Nico, pihak aparat keamanan melakukan pencegahan, dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke lapangan ataupun mengejar para pemain.
Dalam prosesnya itu, aparat melakukan upaya-upaya pencegahan, sampai dilakukan gas air mata.
"(karena) sudah mulai menyerang petugas, dan sudah merusak mobil. Dan akhirnya terkena gas air mata mereka pergi keluar ke satu pintu. Yaitu pintu keluar 18," ungkapnya.
"Kemudian terjadi penumpukan. Di dalam proses penumpukan itulah, terjadi sesak napas kekurangan oksigen, yang oleh tim medis dan tim gabungan ini, dilakukan pertolongan yang ada di stadion, dan dilakukan evakuasi ke beberapa RS," tambahnya.
Menurutnya, tidak semua massa suporter di dalam stadion tersebut melakukan aksi anarkis. Dari sekitar 40 ribu orang massa, hanya sekitar tiga ribu orang diantaranya, yang melakukan perbuatan tersebut.
Nico juga berjanji pihaknya akan menindaklanjuti kondisi insiden tersebut, agar peristiwa serupa tidak terjadi kembali.
"Jadi ada beberapa hal yang ingin disampaikan, kalau memang semua mematuhi aturan kami juga akan melaksanakan dengan baik. Tapi ada sebab akibatnya kami akan tindak lanjuti, sekali lagi kami belasungkawa. Dan kami akan melakukan langkah-langkah ke depan dengan stakeholder terkait supaya ini tidak terjadi lagi," pungkasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya di Google News, Klik Tribun Mataraman
(Farid/ tribunmataraman.com)