Berita Blitar

Dampak Harga BBM Naik, Keuntungan Perajin Kendang Jimbe di Kota Blitar Menipis

Perajin kendang jimbe di Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, ikut terdampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 

Penulis: Samsul Hadi | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/samsul hadi
Perajin kendang jimbe di Kelurahan Sentul, kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar. 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Perajin kendang jimbe di Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, ikut terdampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 

Biaya operasional perajin kendang jimpe naik sekitar 15-20 persen dampak kenaikan harga BBM. Sedang, harga jual kendang jimbe belum naik. 

Seperti dialami Suparno (51), perajin kendang jimbe di Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar. 

Bapak satu anak itu sangat merasakan dampak kenaikan harga BBM terhadap usaha kerajinan kendang jimbenya. 

"Pasti terdampak, di awal-awal kenaikan harga BBM sangat terasa sekali dampaknya bagi perajin kendang. Biaya operasional naik sekitar 15-20 persen," kata pria yang sudah 20 tahun menekuni kerajinan kendang jimbe. 

Untuk memproduksi kendang jimbe, Suparno membutuhkan solar sebagai bahan bakar diesel yang menggerakkan mesin bubut.

Ia menggunakan satu mesin diesel untuk menggerakkan empat mesin bubut. Ia butuh lima sampai enam liter solar untuk memproduksi 100 biji kendang jimbe. 

Hampir dua pekan ini, harga solar naik dari sebelumnya Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. 

"Produksi masih tetap jalan, sehari rata-rata memproduksi 100 biji kendang. Sebelum pandemi, produksinya bisa 300 biji per hari," ujarnya. 

Menurutnya, kenaikan harga BBM pasti akan diikuti dengan kenaikan harga bahan baku pembuatan kendang jimbe. 

Sampai sekarang, Suparno belum berani menaikkan harga jual kendang jimbe. Untuk menaikkan harga jual, ia masih menghitung kenaikan biaya produksi. 

"Kenaikan biaya produksi belum saya kalkulasi secara rinci, perkiraan naik 15-20 persen," katanya. 

Dengan kenaikan harga BBM dan harga jual kendang jimbe tetap, Suparno mengaku keuntungan yang diperoleh menipis. 

Malah, terkadang pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya produksi.

"Sekarang, saya hanya bertahan dulu, sambil menunggu menaikkan harga jual kendang. Saya sudah memberikan informasi ke pelanggan terkait rencana kenaikan harga jual kendang," ujarnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved