Ajudan Kadiv Propam Tewas Ditembak

Ada Sosok Pelaku Selain Bharada E Terlibat Kematian, Inilah 4 Kecurigaan Keluarga Brigpol Yosua

Rangkuman kejanggalan terbaru pasca dinonaktifkannya 2 jenderal dan 1 kombes buntut kematian Brigpol Yosua.

Editor: faridmukarrom
Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo saat masih menyandang bintang 1 dan Keluarga Brigpol Nopryansah Yosua Korban Penembakan di Jakarta. (TRIBUNJAMBI.COM/ARYO TONDANG/Tribunnews) 

TRIBUNMATARAMAN.com - Rangkuman kejanggalan terbaru kematian Brigpol Yosua ajudan Kadiv Propam Polri nonaktif Irjen Pol Ferdy Sambo.

Diketahui kapolri merespon cepat penanganan kasus kematian Brigpol Yosua yang dinilai cukup janggal.

Terbaru dua jenderal atau perwira tinggi polisi dan satu kombes dinonaktifkan dari jabatannya.

Dua jenderal itu adalah Irjen Pol Ferdy Sambo dan Brigjen Pol Hendra Kurniawan.

Sedangkan Kombes yang dinonaktifkan adalah Kombes Pol Budhi Herdi.

Baca juga: Bharada E Dikabarkan Sudah Ditahan Polisi, Ekspresinya Disebut Terguncang Saat Diperiksa Penyidik

Baca juga: Tim Khusus Kapolri Sudah Temukan Bukti Ini, Siap Bongkar Dugaan Rekayasa kematian Brigpol Yosua

Lantas bagaimana terkait kelanjutan kasus kematian?

DIketahui pihak keluarga sudah resmi melaporkan kasus dugaan rekayasa pembunuhan berencana kepada Brigpol Yosua.

Laporan dibuat secara resmi ke Bareskrim Polri pada Senin (18/7/2022).

Apa yang membuat pihak keluarga merasakan kejanggalan terkait kematian Brigpol Yosua.

Berikut ini rangkuman kejanggalan terbaru versi pihak keluarga Brigpol Yosua:

1. Korban pembunuhan berencana

Dugaan Brigadir J menjadi korban pembunuhan berencana muncul karena adanya perbedaan keterangan dari pihak kepolisian dengan temuan keluarga.

Pihak keluarga menemukan sejumlah luka sayatan dan luka lebam di jasad Brigadir J.

"Perbedaan keterangan antara Mabes Polri dalam hal ini Karopenmas Polri, kemudian berbeda dengan fakta yang kami temukan."

"Informasi yang diberikan adalah tembak menembak tetapi yang kami temukan memang betul ada luka tembakan tapi ada luka sayatan," terang Kamaruddin Simanjuntak, Senin (18/7/2022), dilansir Tribunnews.com.

 "Ada juga pengerusakan di bawah mata, kemudian di hidung ada jahitan, di bibir dan leher juga bahu kanan, memar di perut kanan kiri."

"Kemudian pegerusakan jari, di kaki juga ada semacam sayata-sayatan," imbuhnya.

2. Pelaku lebih dari satu orang

Pihak keluarga tak percaya Bharada E adalah satu-satunya pelaku dalam kasus penembakan Brigadir J.

Kamaruddin Simanjuntak menduga ada aktor lain yang menganiaya Brigadir J sebelum akhirnya ditembak.

Pasalnya, ditemukan luka lebam, sayatan, hingga rahang Brigadir J mengalami geser.

"Menurut perhitungan kami berdasarkan fakta-fakta hampir tidak mungkin yang bersangkutan (Bharada E) melakukan ini."

"Atau setidak-tidaknya menurut perkiraan kami ada terdiri dari beberapa orang, bukan hanya satu orang. Bisa lebih dua atau tiga orang," urai Kamaruddin di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (18/7/2022), dilansir Tribunnews.com.

Menurutnya, setidaknya beberapa pelaku tersebut ada yang berperan menganiaya, melukai menggunakan senjata tajam, dan melakukan penembakan sehingga diduga masuk dalam pembunuhan berencana.

3. Dianiaya hingga dijerat lehernya sebelum ditembak

Brigadir J tewas ditembak Bharada E di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, Jumat (8/7/2022). (TribunJambi.com Aryo Tondang)
Kamaruddin Simanjuntak menduga jika Brigadir J terlebih dahulu dianiaya sebelum ditembak.

Sebab, menurut logikanya tak mungkin seseorang dihilangkan terlebih dahulu nyawanya sebelum akhirnya dianiaya.

"Biasanya disiksa dahulu atau dianiaya dulu baru ditembak."

"Karena sudah ditembak, dia sudah mati untuk apa lagi disiksa atau dianiaya," ujarnya.

Lebih lanjut, Kamaruddin menduga leher Brigadir J sempat dijerat.

Ia bersama tim kuasa hukum Brigadir J menunjukkan bukti-bukti yang mengarah ke dugaan penganiayaan.

Dalam foto yang ditunjukan, terlihat luka di sejumlah bagian wajah Brigadir J.

Kamaruddin mengungkapkan ada kemungkinan leher Birgadir J dijerat lantaran ada bekas luka memar melingkar.

"Ada lingkaran jerat di lehernya, ada bekasnya, memar keliling dari paling belakang masuk ke sini, ke sini, dan ini meninggalkan bekas di sini."

"Ini kami semakin yakin bahwa bekas jejak ini adalah diduga dari belakang diikat lehernya."

"Kemudian ada lagi temuan yang lebih jelas, kelihatan di sini dan juga di sini ada bekas memar hancur," jelas Kamaruddin di Mabes Polri, Rabu (20/7/2022), dilansir Tribunnews.com.

Lebih lanjut, Kamaruddin menduga bahwa Brigadir J dijerat lehernya memakai besi ataupun kawat dari belakang.

Namun, dugaan ini harus dilakukan pendalaman terlebih dahulu.

"Jadi di antara ini ada kayak lilitan, kali ini khusus leher saya ambil ini ya, ini nyata seperti apakah pakai besi atau kawat kita nggak tahu. Kita duga lehernya diikat atau ditarik," ungkapnya.

4. Lokasi tewasnya Brigadir J

Pihak keluarga meragukan lokasi tewasnya Brigadir J.

Baca juga: Kuasa Hukum Sebut Pelaku yang Diduga Menyiksa Brigadir J Punya Kepribadian Psikopat

Menurut keterangan Polri, Brigadir J tewas di rumah dinas Irjen Ferdy sambo.

Namun, Kamaruddin Simanjuntak mengungkapkan ada dua lokasi yang mereka curigai yakni antara Magelang, Jawa Tengah dan rumah dinas Irjen Ferdy Sambo.

"Locus de lecti (lokasi perkara) adalah kemungkinan besar antara Magelang dan Jakarta itu alternatif pertama."

"Locus de licti yang kedua di rumah Kadiv Propam Polri atau rumah dinas di Duren Tiga kawasan Jakarta Selatan," kata Kamaruddin kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Senin (18/7/2022), dilansir Tribunnews.com.

Kamaruddin menyebut pihak keluarga sempat menerima pesan terakhir dari Brigadir J yang tengah mengawal komandannya dari Magelang, Jawa Tengah ke Jakarta pada Jumat (8/7/2022) sekitar pukul 10.00 WIB.

"Setelah jam 10.00 WIB, almarhum minta izin mau mengawal atasan atau komandanya yang dikawal dengan asumsi perjalan tujuh jam."

"Jadi, artinya tujuh jam jangan ada telepon dulu karena jam 10.00 WIB pagi itu di Magelang tanggal 8 juli 2022," ungkapnya.

Hingga pukul 17.00 WIB, Kamaruddin menerangkan, pihak keluarga tidak bisa menghubungi Brigadir J hingga handphone keluarga diretas.

"Dengan terblokirnya nomor-nomor mereka, baik kepada ayahnya, ibunya, termasuk kakak adiknya, termasuk ke WhatsApp grup, maka mereka mulai gelisah."

"Tetapi, kemudian berlanjut dgn pemblokiran dan peretasan semua handphone keluarga," tuturnya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved