Berita Trenggalek
Kreasi Tri Sundari, Ubah Image Tas Belanjaan Pasar Jadi Tentengan Kondangan
Dulu tas anyaman berbahan plasik identik sebagai bawaan emak-emak saat berangkat ke pasar. Di tangan Tri Sundari, nasibnya menjadi lebih elok
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.com | TRENGGALEK - Dulu tas anyaman berbahan plasik identik sebagai bawaan emak-emak saat berangkat ke pasar.
Tapi di tangan Tri Sundari (27), tas itu menjelma jadi tentengan kawula muda yang elok untuk bergaya.
Kreasi warga Desa Prambon, Kecamatan Tugu itu membuat tas berbahan tali jali-jali itu naik kelas.
Tas itu tidak lagi berbau amis ikan belanjaan di pasar. Tapi berpadu dengan parfum wangi ibu-ibu muda saat kondangan.
"Pembeli tas buatan saya usianya 20-an sampai 30-an," kata Tri, kepada Tribunmataraman.com, Rabu (6/7/2022).
Sebagai anak muda, ia memahami betul selera orang-orang segenerasinya.
Ide untuk membuat tas anyaman tali jali-jali muncul saat ia melihat tas tersebut dianyam dengan tali warna-warna ngejreng dengan model seadanya.
Dari sana, muncul ide untuk mengkreasikan tas tersebut dengan model kekinian dan warna-warna kalem.
"Waktu awal memulai, saya bahkan belum tahu bagaimana caranya membuat tas," terangnya.
Lewat Internet, Tri belajar secara autodidak. Dengan ketelatenan, ia akhirnya berhasil membuat tas anyaman yang sesuai dengan gayanya.
Saat ingin memproduksi tas tersebut, hambatan mulai muncul.
Ternyata tak mudah mencari tali jali-jali di daereh Trenggalek. Ia sudah menjelajah sana-sini. Tapi hasilnya nihil.
Akhirnya, ia mulai berburu ke daerah-daerah sekitar.
Saat ada penjual tali jenis itu, ia langsung mendatanginya.
"Biar tahu langsung bahannya seperti apa. Dan warna-warnanya apakah cocok dengan yang saya inginkan," kata Tri.
Alhasil, perempuan itu berhasil menemukan bahan dari beberapa kota tetangga.
Lebih senang lagi, bahan yang ia dapat diolah dari daur ulang.
Dengan adanya bahan baku dan ilmu yang cukup, Tri mulai membuat beberapa tas anyaman dengan model dan ukuran yang berbeda-beda.
"Saya membuat tas itu 100 persen dengan cara menganyam," tuturnya.
Tas itu kemudian ia pajang dan tawarkan di media sosial. Di luar dugaan, banyak orang yang mengaku tertarik dengan produk buatan Tri.
Tri menjelaskan, pembeli tas anyamannya mayoritas dari luar kota. Dari daerah-daerah sekitar hingga Ibu Kota.
Hanya sebagian saja pembeli asal Trenggalek, itu pun kebanyakan para tetangga dan kenalannya.
Selain membeli tas anyaman untuk dipakai sendiri, kata Tri, banyak juga pembeli yang memesan banyak untuk cinderamata dan souvenir pernikahan.
Karena itu juga, hari-hari tertentu menjadi sumber cuan bagi Tri. Seperti saat Hari Raya Idul Fitri dan musim kawin-mawin.
Awalnya Karena PHK
Tri memulai usaha tas anyaman setelah ia berhenti bekerja akibat Covid-19.
Selama tiga tahun, Tri bekerja di bagian administrasi salah satu rumah sakit di Bali.
Namun, pandemi membuatnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Tak lagi ada kerjaan di Bali mengantarnya pulang kampung ke Kabupaten Trenggalek.
Menganggur di kampung halaman membuat Tri banyak berpikir soal peluang usaha.
Tak disangka, usaha pertama yang ia geluti berbuah manis.
Di rumahnya, Tri membuat tas anyaman dibantu anggota keluarga yang lain.
Dalam sehari, satu orang bisa membuat tiga tas.
"Paling banyak, saya memproduksi tas dalam sebulan sebanyak 200 biji," katanya.
Tri biasa membuat tas dalam beberapa ukuran. Yang terkecil hanya muat untuk menbawa handphone dan dompet.
"Yang paling besar bisa untuk membawa barang hingga 8-9 kilogram (kg)," sambungnya.
Harga yang ia patok untuk tiap produknya juga relatif murah. Antara Rp 15 ribu hingga Rp 60 ribu per biji.
Cuan yang didapat dari usaha itu juga terbilang lumayan. Ketika pesanan lumayan, ia bisa mengantongi uang lebih besar dari upah minimum regional (UMR) Kabupaten Trenggalek.
Kisah manis merintis usaha itu membuat Tri enggan untuk kembali merantau.
"Kalau nanti sudah tidak ada pandemi, saya tetap mau kerja di rumah saja," tuturnya.
Menurutnya, kerja berbisnis kecil-kecilan tetap lebih menyenangkan ketimbang ikut perusahaan.
"Kalau kerja begini, bisa disambi yang lain-lain," ujarnya, sembari tertawa.