Berita Lumajang

Jembatan Putus Belum Ditangani, Siswa di Lereng Semeru Tetap Semangat Belajar Sebrangi Endapan Lahar

Rama menyeberangi sungai bersama teman-temannya dengan berjalan di atas endapan pasir yang mulai mengeras. Mereka harus ekstra hati-hati.

Editor: Anas Miftakhudin
Tony Hermawan
Siswa di lereng Gunung Semeru saat melintasi jalur alternatif untuk bisa menyeberangi Sungai Regoyo untuk pergi sekolah. 

TRIBUNMATARAMAN.COM | Lumajang - Jembatan Limpas yang melintas di atas Sungai Regoyo, Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari yang terputus akibat banjir lahar belum tersentuh penanganan.

Hal ini membuat warga geregetan. Saking lamanya, menunggu penanganan, warga nekat menyeberangi sungai dengan berjalan di atas endapan material lahar Gunung Semeru yang mulai mengeras.

Seperti yang dilakukan Rama, salah seorang siswa SDN Jugosari III. Ia nekat menyebrangi Sungai Regoyo untuk pergi ke sekolah, karena tidak ada akses lain. 

Rama menyeberangi sungai bersama teman-temannya dengan berjalan di atas endapan pasir yang mulai mengeras.

Mereka harus ekstra hati-hati melintasi jalan ini karena ada banyak bebatuan yang menghalangi langkah kaki sang bocah.

Meski butuh perjuangan, wajah bahagia terpancar dari wajah mereka. Maklum saja, pascajembatan limpas putus, mereka sudah hampir sebulan tidak bisa pergi ke sekolah

"Ada banyak batu-batu tapi senang bisa sekolah lagi," kata Rama.

Diketahui, memang petugas dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas telah melakukan penanganan darurat terhadap jembatan limpas.

Pihaknya membuat pengalihan arus sungai dengan membuat tanggul dari material pasir dan batu. Letaknya di sebelah bangunan jembatan yang putus.

Panjang tanggul kurang lebih berukuran 30 meter. Tujuan tanggul darurat tersebut dibuat supaya arus sungai tidak mengalir ke arah jembatan yang putus. Selain itu, warga juga bisa memanfaatkannya menjadi akses jalan darurat.


Meski begitu, banyak warga mengaku penanganan ini masih membahayakan. Sebab, jika sewaktu-waktu banjir lahar kembali datang, jalan alternatif bisa rusak. Sebab tanggul pengalihan arus hanya dibuat dari tumpukan pasir dan bebatuan. 

"Seharusnya tanggul itu dibuat bronjong. Karena banjir lahar itu sangat deras, jembatan saja putus apalagi cuma tanggul darurat," kata Yudi salah seorang warga.

Koordinator lapangan BBWS Brantas, Nur Afandi, mengatakan pihaknya sudah mengkaji biaya penanganan jembatan tersebut.

Rencananya jembatan akan dibuat lebih kokoh agar tahan dari hantaman banjir lahar. Meski begitu, ia belum bisa memastikan kapan pembangunan jembatan tersebut akan berlangsung.

"Kami tidak bisa memastikan sebulan atau dua bulan ke depan. Yang jelas semua kerusakan akibat erupsi jadi prioritas.

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved