Berita Situbondo

Jasad Bidan 10 Jam Terkatung-katung di Kamar Mayat RSUD Abdoer Rachem Situbondo Tak Diautopsi

Korban Haniseh merupakan keluarga besar dari Dinas Kesehatan Pemkab Situbondo yang tidak ditangani dengan cepat oleh rumah sakit.

Editor: Anas Miftakhudin
Izi Hartono
Orang tua bidan Haniseh, H Mursyid sedang berkomunikasi dengan anggota DPRD di depan ruang Instalasi jenazah RSUD Abdoer Rachem Situbondo. 

TRIBUNMATARAMAN.COM I SITUBONDO- Layanan RSUD Abdoer Rachem Situbondo patut dipertanyakan. Korban pembunuhan, Bidan Haniseh (32) yang dibunuh suaminya, Kamis (13/1/2022) jasadnya tak segera diautopsi oleh Rumah Sakit pelat merah itu.

Lemotnya penanganan pihak RS memicu kekecewaan orang tua almarhumah dan anggota DPRD Situbondo.

Pasalnya, jasad korban sejak ditemukan di kamar di Pustu Polindes Desa Kettah, Kecamatan Suboh, Kamis (13/01/2022) sekitar pukul 05.00 WIB hingga siang hari belum diautopsi.

Jasad Haniseh yang nota bene sebagai tenaga medis di Dinkes Pemkab Situbondo dibiarkan terkatung-katung selama 10 jam di ruang Intalasi Forensik rumah sakit milik pemerintah kabupaten ini.

Selama 10 jam itu pula jasad bidan cantik yang dihabisi suaminya sendiri itu harus menunggu dokter forensik rumah sakit yang sedang tugas luar kabupaten.

Kepada TribunMataraman.com, ayah kandung Haniseh, H Mursyid, mengaku, dirinya bersama istrinya telah menunggu jasad anaknya sejak pukul 09.00 WIB, namun jenazah anaknya belum diautopsi.

"Sejak tadi pagi sampai sekarang nunggu disini pak, " ujar H Mursyid.

H Mursyid tidak menolak dan berontak karena khawatir terkena kesalahan karena menolak anaknya di autopsi.

Ia justru mengaku tidak menyangka dan tidak terima terhadap suaminya yang keji karena membunuh anak samata wayangnya itu. 

Ayah korban minta suami anaknya itu dihukum seberat beratnya.

Polisi melakukan olah TKP di Polindes tempat ditemukannya mayat seorang bidan desa yang diduga dibunuh suaminya sendiri, Kamis (13/1/2022)
Polisi melakukan olah TKP di Polindes tempat ditemukannya mayat seorang bidan desa yang diduga dibunuh suaminya sendiri, Kamis (13/1/2022) (izi hartono)

"Kalau perlu pelaku dihukum mati," pintanya.

Selama ini, kata H Mursyid, anak pertamanya itu tidak pernah membangkang atau melawan petintahnya dan ibunya.

"Dak pernah, anak saya itu selalu nurut keinginan saya dan ibunya," jelasnya.

Sementara itu, anggota DPRD Situbondo, Siswo Pranoto, mengaku kasihan dengan kondisi jenazah dan keluarga korban yang menunggu di kamar mayat.

Anggota komisi IV ini, mengaku kecewa dengan tidak tanggapnya pihak rumah sakit. Jika memgetahui dokter forensiknya tidak ada, maka seharusnya pihak rumah sakit mencari solusi untuk mencari dan meminta dokter yang memiliki keahlian fotensik di rumah sakit yang ada di Situbondo.

"Jangan dibiarkan nunggu begini, kasihan keluarganya. Apalagi jenazahnya," tandas politisi dari Golkar ini.

Yang disesalkan oleh Siswo adalah, korban merupakan keluarga besar dari Dinas Kesehatan Pemkab Situbondo yang tidak ditangani dengan cepat oleh rumah sakit.

"Saya yakin warga umum akan dibiarkan, ini saja yang masih tenaga Dinkes diperlakukan seperti ini," ujarnya dengan nada kecewa.

Padahal kata Siswo, kecepatan autopsi sangat menentukan kecepatan polisi untuk mengungkap kasus yang tengah ditangani.

Mulai dari mengetahui cara kematian hingga penyeba kematian. Kebetulan saja kasus yang menimpa korban suaminya sendiri yang langsung menyerahkan diri.

"Kalau misalnya ada kasus lain, bagaimana? Padahal polisi dituntut bertindak cepat," ujar Siswo dengan nada tanya.

Anggota polisi saat mendatangi  di tempat kejadian perkara ( TKP)
Anggota polisi saat mendatangi  di tempat kejadian perkara ( TKP) (Izi Hartono)

Menanggapi hal tersebut, Direktur RSUD Abdoer Rachem Situbondo, dr Rukmi mengatakan, dr Wildan yang bertugas di forensik sedang ke luar kota dan Insya Allah dalam satu jam lagi autopsi akan ditangani.

"Tadi pemeriksaan visum luar sudah dilakukan, tapi pihak kepolisian tetap minta diautopsi," kata dr Rukmi yang dikirim melalui pesan WA.

Sebelumnya diberitakan, setelah menghabisi nyawa istrinya, Haniseh (32), pelaku AGP (45) langsung menyerahkan diri ke Polsek Besuki.

"Ya pelaku datang dan menyerahkan diri sekitar pukul 05 00 WIB," ujar AKP Sulaiman, Kapolsek Besuki kepada Surya.

Menurutnya, pelaku menyerahkan diri ke Polsek dan mengakui telah membunuh istrinya.

Untuk memastikan pengakuan itu, pihaknya langsung melakukan interogasi dan meminta keterangan terhadap pelaku.

"Saya langsung koordinasi dengan Kapolsek Suboh," katanya.

Pelaku saat diamankan polisi setelah menyerahkan diri
Pelaku saat diamankan polisi setelah menyerahkan diri (Izi Hartono)

Dari hasil koordinasi, lanjut AKP Sulaiman, demi keselamatannya.

Berdasarkan petunjuk pimpinan agar pelaku dibawa dan diamankan ke Polres Situbondo guna diproses lebih lanjut.

"Pelaku kita serahkan ke penyidik Pidum Reskrim Polres Situbondo," tukasnya.

Berdasarkan informasi diperoleh di lapangan, pelaku sempat menjalani operasi otak akibat kejadian kecelakaan bebepa tahun lalu. Pelaku sering cemburu terhadap istrinya yang bekerja sebagan bidan desa yang tugasnya melayani masyarakat.

Sementara itu, Kapolres Situbondo, AKBP Andi Sinjaya membenarkan palaku pembunuhan telah diamankan ke Polres Situbondo.

Menurutnya, berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap korban ditemukan adanya jeratan di bagian leher.

"Itu sudah diakui suaminya kalau yang membunuhnya," ujar AKBP Andi Sinjaya kepada Surya.

Meski demikian,lanjut  Mantan Kapolres Enrekang,  Polda Sulawesi Selatan ini, pihaknya akan terus mendalami untuk mengungkap motif kasus pembunuhan itu.

Di antaranya akan meminta keterangan beberapa saksi serta hasil autopsi.

"Saat jenazah sekarang di RS Abdoer Rachem untuk diautopsi," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, seorang bidan di Situbondo, ditemukan tewas ta wajar di tempat kerjanya di Polindes  di Desa Kettah, Kecamatan Suboh, Rabu (13/01/2022).

Korbannya bernama Anis. Wanita 42 tahun itu ditemukan tak bernyawa di kamarnya. 

Kabar kematian Bu Bidan desa itu cepat menyebar ke masyarakat sekitar.

Warga pun berdatangan ke lokasi kejadian untuk mengetahui kabar kebenaran tewasnya bidan desa tersebut.

Polisi yang mendapat kabar, langsung turun ke lokasi untuk mengankan TKP. Dengan cara memasang police line di areal Pustu untuk melakukak proses penyelidikan.

Belum diketahu motif tewasnya dan siapa yang tega menghabisi bidan desa itu, karena kasusnya saat ini masih dalam proses penyelidikan pihak kepolisian setempat.

Kasi Humas Polres Situbondo, Iptu Sutrisno membenarkan kabar bidan yang ditemukan meninggal dunia itu. (Izi Hartono)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved