Berita Kediri

Minat Baca di Kota Kediri Menurun Selama Pandemi Covid-19

hasil survei indeks minat baca tahun 2020 saat pandemi Covid mengalami penurunan sebesar 73,3 persen yang masuk dalam kategori tinggi. 

Penulis: Didik Mashudi | Editor: eben haezer
ist/PxHere
Ilustrasi 

TRIBUNMATARAMAN.com | KEDIRI - Berdasarkan kajian indeks minat baca tahun 2019, minat baca masyarakat Kota Kediri tergolong dalam kategori sangat tinggi yaitu sebesar 83,9 persen.

Selanjutnya hasil survei indeks minat baca tahun 2020 saat pandemi Covid mengalami penurunan sebesar 73,3 persen yang masuk dalam kategori tinggi. 

Depresiasi sebesar 10,6 persen ini menunjukkan pengaruh pandemi Covid-19 terhadap minat baca masyarakat.

“Dalam survei juga didapatkan data pada dimensi alternatif sebesar 86,7 persen (sangat tinggi) yang diketahui bahwa masyarakat lebih banyak menggunakan gadget sebagai alternatif sarana membaca,” ungkap Abdullah Abu Bakar, saat membuka Webinar Literasi Transformasi Pustakawan Dalam Pingit Pandemi di SD Plus Rahmat, Senin (3/10/2021).

Menurut Wali Kota yang akrab dipanggil Mas Abu ini, ada dimensi yang perlu mendapat perhatian lebih. Yaitu dimensi akses dan budaya yang masing-masing masuk dalam kategori sedang. 

Inilah yang menjadi tanggung jawab bersama untuk mendorong literasi dan menumbuhkan minat baca masyarakat.

Pemerintah Kota Kediri mendukung penuh aktivitas taman baca yang diinisiasi oleh masyarakat. 

Melalui Prodamas, Pemkot Kediri memberikan kesempatan masing-masing RT untuk mengajukan usulan pengadaan sarana dan prasarana taman baca di lingkungannya.

“Saya mengajak orang tua, guru dan komunitas literasi untuk menggencarkan aktivitas membaca mulai dari lingkungan rumah. Sehingga membaca buku bisa menjadi suatu kebiasaan sehari-hari,” tandasnya.

Walikota mengatakan, pandemi Covid-19 yang telah melanda hampir dua tahun sehingga berdampak pada semua sektor. 

Tidak hanya sektor kesehatan dan ekonomi, namun juga mengubah pola pembelajaran baik untuk siswa, guru maupun orang tua. 

Dampak paling besar dirasakan oleh siswa yang tidak bisa berinteraksi langsung dengan guru dan terbatasnya waktu pembelajaran.

 “Anak-anak kurang optimal dalam memanfaatkan waktu luangnya. Mereka lebih suka berinteraksi dengan gadget. Padahal mereka harusnya bisa berlama-lama menjelajahi dunia dengan membaca buku,” ujarnya.

Pandemi Covid-19 juga membuat akses ke perpustakaan dibatasi padahal fungsinya sangat penting sebagai wahana pendidikan, penelitian, informasi dan rekreasi. 

Walikota juga mengingatkan perpustakaan harus adaptif di mana gaya hidup masyarakat saat ini mulai berubah dan serba digital.  

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved